Abstract: The Using of Role Playing Method in Increasing Social Studies Learning Student V Grade at SD. This research aims were describing learning process role playing method. The research is classroom action research. Executed research in three cycles. Subjek is this research is all student V grade SD 1 Mrentul that total 18 students. Data collecting tech utilizes observation, interview,test and documentation. Data validity utilize triangulation tech methodics and source. Analisis is data that utilized by analisis qualitatif and quantitative. Its result points out that Role Playing method , can increase process and result V grade student. Keywords: Role Playing, Learning, Social Studies
Abstrak: Penggunaan Metode Role Playing dalam Peningkatan Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SD. Penelitian ini bertujuan: mendeskripsikan proses pembelajaran, peningkatan pembelajaran IPS. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 1 Mrentul yang berjumlah 18 siswa. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Validitas data menggunakan teknik triangulasi metode dan sumber. Analisis data yang digunakan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa Penggunaan Metode Role Playing, dapat meningkatkan proses dan hasil belajar IPS di kelas V. Kata Kunci: Role Playing, Pembelajaran, IPS.
PENDAHULUAN
Kemajuan pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi sekarang ini terasa semakin pesat dan cepat. Dengan majunya pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, maka diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Siap menerima serta menciptakan teknologi yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa. Sumber daya manusia tersebut dapat ditingkatkan melalui pendidikan, pendidikan formal, pendidikan non-formal, dan pendidikan informal. Upaya mewujudkan pembangunan nasional bidang pendidikan diperlukan peningkatan dan penyelenggaraan pendidikan nasional yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengembangan masyarakat dan kebutuhan pembangunan. Dengan demikian, mutu pendidikan adalah dengan memperbaiki proses belajar dan mengajar. “Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu bidang studi yang merupakan perpaduan atau fusi dari berbagai mata pelajaran seperti ilmu bumi, ekonomi-politik, sejarah, dan antropologi. Mata pelajaran mata pelajaran yang tergabung itu memiliki cirri yang sama sehingga dipadukan menjadi satu bidang studi” Menurut Nurhadi (2011: vii).
Selain itu IPS adalah disiplin ilmu yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap dinamika perkembangan masyarakat.Selain itu, dikatakan bahwa Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan menurut Somantri dalam Sapriya (2011:11). Menurut Trianto (2010: 171), “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu social seperti sosiologi, sejarah , geografi, ekonomi, politik, hokum, dan budaya”. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian IPS adalah merupakan suatu program pendidikan yang merupakan perpaduan atau fusi dari berbagai mata pelajaran seperti ilmu bumi, ekonomi-politik, sejarah yang disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan yang dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis siswa terhadap kondisi sosial masyarakat ketika memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
Menurut Fathurahman Pupuh dalam Hamruni, metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prsedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan (Suyono dan Hariyanto, 2011: 19). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara atau prosedur dengan menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan maupun mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi lingkungan yang berbeda.
Menurut Zaini, dkk. menyatakan “Role-Play adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik“ (2008: 98). Menurut Winataputra (mengutip Udin Saripudin, 1977: 91) menyatakan bahwa “Role Playing berarti memainkan satu peran tertentu sehingga yang bermain tersebut harus mampu berbuat (berbicara dan bertindak), seperti peran yang dimainkannya” (2010: 4.34). Menurut Martinis Yamin mengatakan metode bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau atau situasi” (2009: 152). Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Role Playing adalah suatu metode pembelajaran yang memainkan suatu peran di mana orang tersebut seolah-olah menjadi orang yang diperankan tentang suatu topik atau atau situasi.
Uno (2010) mengemukakan bahwa kegiatan bermain peran dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana siswa untuk: (1) menggali perasaannya, (2) memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai, dan persepsinya, (3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah, (4) mendalami mata pelajaran dengan berbagai macam cara. Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan bermain peran sesuai dengan jenis belajar yang dilaksanakan yaitu: (1) belajar dengan berbuat, tujuannya yaitu untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang interaktif atau keterampilan-keterampilan yang reaktif, (2) belajar melalui peniruan, tujuannya adalah menyamakan tingkah laku sesuai dengan karakter tokoh yang dimainkannya, (3) belajar melalui balikan, mempunyai tujuan untuk mengembangkan prosedur-prosedur kognitif dan prinsip-prinsip yang mendasari perilaku keterampilan yang telah didramatisasikan, (4) belajar melalui pengkajian, penilaian, dan pengulangan dengan tujuan untuk memperbaiki keterampilan-keterampilan dengan mengulanginya pada penampilan berikutnya (Hamalik, 2008).
Berdasarkan beberapa pendapat tentang tujuan metode bermain peran tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa metode bermain peran bertujuan untuk: (1) mengembangkan keterampilan-keterampilan yang interaktif maupun reaktif, (2) mengembangkan sikap/perasaan bersosialisasi dengan orang lain, (3) memperdalam pemahaman materi pelajaran, dan (4) mengembangkan konsep nilai, berfikir, dan bertindak tepat. Keempat tujuan metode bermain peran tersebut merupakan tujuan yang ingin ditekankan pada penelitian ini.
Zaini, dkk (2008) membagi pengorganisasian kegiatan bermain peran ke dalam tiga fase pertama yaitu Perencanaan dan persiapan. Kegiatan yang ada pada fase persiapan meliputi: (1) mengenal peserta didik, dilakukan dengan cara mengetahui jumlah peserta didik, mengetahui sejauh mana peserta didik mengetahui materi, mengecek pengalaman terdahulu peserta didik tentang bermain peran, mengelompokkan umur, mengetahui latar belakang siswa, mengetahui minat dan kemampuan siswa serta mengetahui kemampuan peserta didik untuk berkolaborasi, (2) menentukan tujuan pembelajaran, (3) menentukan kapan melaksanakan kegiatan bermain peran, (4) memilih pendekatan yang sesuai, (5) mengidentifikasi skenario, (6) menempatkan peran, (7) mempertimbangkan hambatan yang bersifat fisik, (8) merencakan waktu yang baik, (9) mengumpulkan sumber informasi yang relevan.
Fase kedua yaitu Interaksi. Interaksi merupakan kegiatan inti yang dilakukan dengan kegiatan membangun aturan dasar, mengeksplesitkan tujuan pembelajaran, membuat langkah-langkah yang jelas, memberikan motivasi peserta didik agar ketakutan tampil di depan berkurang, menggambarkan skenario atau situasi, mengalokasikan peran, memulai kegiatan bermain peran secara bertahap, hentikan kegitan jika terjadi problem. Fase ketiga Refleksi dan evaluasi. Kegiatan ini dilakukan dengan memperhatikan langkah-langkah yaitu: (1) membawa peserta didik keluar dari peran yang dimainkannya, (2) meminta peserta didik secara individual mengekspresikan pengalaman belajarnya, (3) mengkonsolidasikan ide-ide, (4) memfasilitasi suatu analisis kelompok, (5) memberi kesempatan untuk melakukan evaluasi, (6) menyusun agenda berikutnya.
Menurut Hamalik (2001) langkah-langkah Role Playing terdiri tiga tahap, tahap pertama Persiapan dan intruksi meliputi: (1) Guru memiliki situasi/dilemma bermain peran. Situasi-situasi masalah yang dipilih harus menjadi “Sosiodrama” yang menitik beratkan pada jenis peran, masalah dan situasi familier, serta pentingnya bagi siswa, (2) Sebelum pelaksanaan bermain peran, siswa harus mengikuti latihan pemanasan, latihan-latihan ini diikuti oleh semua siswa, baik sebagai partisipasi aktif maupun sebagai para pengamat aktif, (3) Guru memberikan intruksi khusus kepada peserta bermain peran setelah memberikan penjelasan pendahuluan kepada keseluruhan kelas, (4) Guru memberitahukan peran-peran yang akan dimainkan serta memberikan intruksi-intruksi yang bertalian dengan masing-masing peran kepada audience.
Tahap kedua Tindakan Dramatik dan Diskusi meliputi: (1) Para aktor terus melakukan perannya sepanjang situasi bermain peran, sedangkan para audience berpartisipasi dalam penugasan awal kepada pemeran, (2) Bermain peran harus berhenti pada titik-titik penting atau apabila terdapat tingkah laku tertentu yang menutut dihentikannya permainan tersebut, (3) Keseluruhan kelas selanjutnya berpartisipasi dalam diskusi yang terpusat pada situasi bermain peran. Tahap ketiga Evaluasi Bermain Peran meliputi (1) Siswa memberikan keterangan, baik secara tertulis maupun dalam kegiatan diskusi tentang keberhasilan dan hasil-hasil yang dicapai dalam bermain peran, (2) Guru menilai efektifitas dan keberhasilan bermain peran.
Prosedur penerapan metode bermain peran menurut Uno (2010) terdiri dari sembilan langkah, yaitu sebagai berikut: (a) pemanasan (warming up), dimana guru berupaya memperkenalkan siswa pada permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua orang perlu mempelajari dan menguasainya, (b) pemilihan partisipan, guru dan siswa membahas karakter dari setiap pemain dan menentukan siapa yang akan
memainkannya, (c) menata panggung, dalam hal ini guru mendiskusikan terlebih dahulu dengan siswa dimana dan bagaimana peran itu akan dimainkan. Apa saja kebutuhan yang diperlukan. Penataan panggung ini dapat sederhana atau kompleks, (d) menyiapkan pengamat, dalam kegiatan ini pengamat juga harus terlibat aktif dalam permainan peran, (e) memainkan peran, permainan peran dilaksanakan secara spontan, (f) diskusi dan evaluasi, guru bersama siswa mendiskusikan permainan tadi dan melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan, (g) berbagi pengalaman dan kesimpulan, siswa diajak untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan yang dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan.
Menurut Wina Sanjaya langkah-langkah Role Playing tirdiri tiga taha. Tahap pertama persiapan simulasi meliputi: Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi, (2) Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan, (3) Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan, (4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi. Tahap kedua Pelaksanaan simulasi meliputi: (1) Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran, (2) Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian, (3) Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan, (4) Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan. Tahap ketiga penutup meliputi: (1) Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang disimulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi, (2) Merumuskan kesimpulan.
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: (1) Bagaimana Penggunaan Metode Role Playing yang dapat meningkatkan pembelajaran IPS tentang tokoh pejuang kemerdekaan siswa kelas V SDN 1 Mrentul Tahun Ajaran 2012/2013?, (2) Apakah Metode Role Playing dapat meningkatkan pembelajaran IPS tentang tokoh pejuang kemerdekaan siswa kelas V SDN 1 Mrentul Tahun Ajaran 2012/2013?, (3) Apakah kendala dan solusi pada penggunaan Metode Role Playing dalam pembelajaran IPS tentang tokoh pejuang kemerdekaan siswa kelas V SDN 1 Mrentul Tahun Ajaran 2012/2013?
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin penulis capai yakni: (1) Mendeskripsikan penggunaan Metode Role Playing dalam peningkatan pembelajaran IPS tentang tokoh pejuang kemerdekaan siswa kelas V SDN 1 Mrentul Tahun Ajaran 2012/2013, (2) Mengetahui Metode Role Playing dapat meningkatan pembelajaran IPS tentang tokoh pejuang kemerdekaan siswa kelas V SDN 1 Mrentul Tahun Ajaran 2012/2013, (3) Mendeskripsikan kendala dan solusi penggunaan Metode Role Playing dalam peningkatan pembelajaran IPS di kelas V SDN 1 Mrentul Tahun Ajaran 2012/2013.
# # # # # # #
Untuk membaca lebih lanjut mengenai Jurnal ini silahkan klik link dibawah ini:
Download Link:
Download Jurnal - Penggunaan Metode Role Playing Dalam Peningkatan Pembelajaran IPS
Sekian artikel dari Jurnal Pendidikan Inside mengenai Jurnal - Penggunaan Metode Role Playing Dalam Peningkatan Pembelajaran IPS, yang dapat kalian jadikan acuan untuk membuat Jurnal.
Lihat juga:
Download Contoh Jurnal IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
Download Contoh Jurnal Tentang Metode Pembelajaran