-->

Jurnal - Penerapan PMR Dalam Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Ditulis oleh: Jurnal Pendidikan Inside
Berikut ulasan mengenai Jurnal - Penerapan PMR Dalam Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita, yang dapat kalian jadikan acuan untuk membuat Jurnal. Silahkan disimak!

Abstract: The application ofRealistic Mathematic Aproach (RMA) in completing Upgrades story problem about fractions in V grade Elemetary Shcool. This research aims to determine how to improve the learning of Mathematics especially Denomination. This research is Classroom Action Research (CAR) which consists of three cycles, each cycle there are three meetings. Each cycle consists of planning, implementation, observation and reflection activities. Data collection techniques used were documents, interviews, direct observation, and make inferences or verification. The results of this research indicate that the application of RMA can improve: (1) learning mathematics in solving Story Problem Denomination and (2) the ability of students to complete the story about fractions. The conclusions of this study is that the implementation of RMA effectively improve the learning process and student learning goals of understanding.
Keywords: RMA, story problem, fractions.

Abstrak: Penerapan PMR dalam Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan pada Siswa Kelas V SD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana PMR dapat meningkatkan Pembelajaran Matematika khususnya pada Pecahan. Penelitian merupakan PTK yang mana terdiri dari tiga siklus, masing-masing siklus ada tiga pertemuan. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan kegiatan refleksi.teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumen, wawancara, observasi langsung, dan membuat kesimpulan atau verifikasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan PMR dapat meningkatkan: (1) pembelajaran Matematika dalam menyelesaikan Soal Cerita Pecahan dan (2) kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan. Simpulan penelitian ini adalah bahwa penerapan PMR efektif meningkatkan proses pembelajaran dan tujuan pembelajaran berupa pemahaman siswa.
Kata kunci: PMR, soal cerita, pecahan.


PENDAHULUAN

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting, sehingga matematika diajarkan mulai dari jenjang SD sampai dengan perguruan tinggi (minimal sebagai mata kuliah umum). Sampai saat ini matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu masuk dalam daftar mata pelajaran yang diujikan secara nasional, mulai dari tingkat SD sampai dengan SMA. Bagi siswa selain untuk menunjang dan mengembangkan il-mu-ilmu lainnya, matematika juga diper-lukan untuk bekal terjun dan bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat.

Beberapa kegunaan matematika se-derhana yang praktis menurut Russeffendi (Siti Ummu Kultsum, 2009:2), yaitu: 1) dengan belajar matematika kita mampu berhitung dan mampu melakukan perhitungan-perhitungan lainnya, 2) matematika merupakan persyaratan untuk beberapa mata pelajaran lainnya, 3) dengan belajar matematika perhitungan menjadi lebih sederhana dan praktis, 4) dengan belajar matematika diharapkan kita mampu menjadi manusia yang berpikir logis, kritis, tekun, bertanggung jawab dan mampu menyelesaikan persoalan.

Banyak yang beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit untuk diajarkan dan dipelajari. Hal ini selaras dengan pendapat yang dike-mukakan oleh Cockroft (Siti Ummu Kultsum, 2009:2) bahwa “Mathematics is a difficult subject both to teach and to learn”. Oleh karena itu, pembelajaran Matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Salah satu karakteristik matematika adalah mem-punyai objek yang bersifat abstrak, ini dapat menyebabkan banyak siswa me-ngalami kesulitan dalam matematika.

Menurut Van de Henvel-Panhuizen (Abdul Rouf, 2007: 2), bila anak belajar matematika terpisah dari penga-laman mereka sehari-hari, maka anak akan cepat lupa dan tidak dapat meng-aplikasikan matematika. Dari pendapat di atas diketahui bahwa kebanyakan anak mengalami kesulitaan dalam menga-plikasikan matematika ke dalam situasi kehidupan “real” apabila anak be-lajar matematika terpisah dari pengalaman sehari-hari mereka. Oleh karena itu, pem-belajaran matematika harus dekat dengan anak dan kehidupan nyata sehari-hari.

Kenyataannya dalam pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Surorejan, masih kurang dika-itkan dengan kehidupan nyata, sehingga siswa merasa kesulitan dalam mengolah informasi yang tersaji di dalam soal ma-tematika. Sebagian besar siswa yang menganggap belajar matematika harus dengan berjuang mati-matian dengan kata lain harus belajar dengan ekstra keras. Hal ini menjadikan matematika seperti “mons-ter” yang harus ditakuti dan malas untuk mempelajari matematika. Dan dengan di-jadikannya matematika sebagai salah satu diantara mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional yang merupakan syarat bagi kelulusan siswa-siswi SD, SMP maupun SMA, ketakutan siswa pun makin bertambah. Beberapa kelemahan dalam proses pembelajaran matematika di SDN 1 Surorejan antara lain yaitu berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas yang mana interaksi antara siswa dan guru maupun antara siswa dengan siswa masih terlihat kurang. Siswa belum terampil dalam menjawab perta-nyaan dari guru atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Akibat dari pemikiran negatif terhadap matematika, perlu kiranya se-orang guru melakukan upaya yang dapat membuat proses belajar mengajar ber-makna dan menyenangkan. Ada beberapa pemikiran untuk me-ngurangi ketakutan siswa terhadap Mate-matika. Salah satunya dengan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) dimana pem-belajaran ini mengaitkan dan melibatkan lingkungan sekitar, pengalaman nyata yang pernah dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadikan matematika sebagai aktivitas siswa.

Sebagaimana telah kita ketahui, Ma-tematika Realistik menekankan kepada konstruksi dari konteks benda-benda kon-krit sebagai titik awal bagi siswa guna memperoleh konsep matematika. Benda-benda konkret dan obyek-obyek ling-kungan sekitar dapat digunakan sebagai konteks pembelajaran matematika dalam membangun keterkaitan matematika mela-lui interaksi sosial. Benda-benda konkrit dimanipulasi oleh siswa dalam kerangka menunjang usaha siswa dalam proses ma-tematisasi konkret ke abstrak. Siswa perlu diberi kesempatan agar dapat meng-kontruksi dan menghasilkan matematika dengan cara dan bahasa mereka sendiri. Kegiatan refleksi juga diperlukan terhadap aktivitas sosial sehingga dapat terjadi pemaduan dan penguatan hubungan antar pokok bahasan dalam struktur pemahaman matematika.

Salah satu manfaat dalam mempelajari Matematika adalah untuk menerapkan Matematika dalam kehidupan sehari-hari, atau untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari dengan meng-gunakan konsep-konsep Matematika. Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep Matematika terutama tentang pecahan, untuk me-ningkatkan keefektifan pembelajaran.
Atas dasar itulah, peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul ”Penerapan Pendekatan Matematika Realistik (PMR) Dalam Peningkatan Ke-mampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pe-cahan pada Siswa Kelas V SDN 1 Suro-rejan Kecamatan Puring Kabupaten Ke-bumen”.

Rumusan masalah yang diajukan sebagai berikut :
1. Bagaimana Penerapan PMR mening-katkan Pembelajaran Matematika dalam menyelesaikan Soal Cerita Pecahan pada Siswa Kelas V SD?
2. Apakah Penerapan PMR dapat mening-katkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan pada Siswa Kelas V SD?
3. Apa kendala dan solusi dari penerapan MR) dalam peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan pada Siswa Kelas V SD?

Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui prosedur penerapan PMR, meningkatkan kemam-puan siswa, dan mengetahui kendala dan solusi dari penerapan PMR.

Secara teoretis Penelitian ini di-harapkan dapat mengembangkan penge-tahuan baru guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, menambah wa-wasan guru tentang perlunya memilih metode yang menggairahkan siswa dalam belajar terutama di bidang mata pelajaran Matematika. Adapun secara praktis di-harapkan memberikan manfaat: (1) bagi peneliti, menambah pengalaman dan se-bagai bekal pengetahuan peneliti sebagai guru dalam mengelola pembelajaran Mate-matika di Sekolah Dasar, (2) bagi guru, untuk memberikan masukan pada guru agar meningkatkan kreatifitas mengajar dan menambah variasi metode pembe-lajaran, (3) Bagi siswa, meningkatkan pe-nguasaan kemampuan Matematika dan menjadi lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran Matematika, (4) Bagi lem-baga pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan satu kontribusi bagi pengembangan pembelajaran untuk me-ningkatkan kualitas pendidikan.

Siswa kelas V Sekolah Dasar (SD) rata-rata berumur sekitar 11 tahun. Menu-rut Piaget, pada usia tersebut anak Sekolah Dasar berada pada tahap Operasional Konkrit yang dapat digambarkan sebagai ciri positif dan negatif, anak sudah berkurang sifat egosentrisnya, anak juga telah mampu melihat dari satu dimensi sekaligus mampu menghubungkan dimen-si-dimensi tertentu hanya dalam situasi-situasi konkrit.

Matematika, menurut Ruseffendi (Heruman, 2007: 1) adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara innduktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, dai unsur yang tidak didefi-nisikan ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma, dan akhirnya ke dalil. Menurut Depdiknas (2008: 977) Matematika diartikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan da-lam penyelesaian masalah mengenai bi-langan. Sedangkan menurut Wahyudi (2008: 3) ”Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran de-duktif, yaitu kebenaran suatu konsep di-peroleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnyayang sudah diterima, sehingga kebenaran antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas”.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika a-dalah ilmu tentang berbagai bilangan yang merupakan suatu jalan atau pola berpikir abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnyayang sudah di-terima, sehingga kebenaran antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas.

Pengertian soal cerita dalam mata pelajaran matematika adalah soal yang disajikan dalam bentuk uraian atau cerita baik secara lisan maupun tulisan, Solichan (Ade Sanjaya yang diunduh dari http: //aadesanjaya. blogspot. com /2011/01/ konsep - soal – cerita - pecahan. html, diunduh pada tanggal 5 Desember 2011). Menurut Abidia (Marsudi Raharjo, dkk, 2009: 2), soal cerita adalah soal yang disajikan dalam bentuk cerita pendek. Cerita yang diungkapkan dapat merupakan masalah kehidupan sehari-hari atau masalah lainnya. Bobot masalah yang diungkapkan akan mempengaruhi panjang pendeknya cerita tersebut. Makin besar bobot masalah yang diungkapkan, me-mungkinkan semakin panjang cerita yang disajikan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa soal cerita matematika adalah soal yang disajikan dalam bentuk uraian atau cerita baik secara lisan maupun tulisan. Soal cerita wujudnya berupa kalimat verbal sehari-hari yang makna dari konsep dan ungkapannya dapat dinyatakan dalam simbol dan relasi matematika. Soal cerita yang dibahas dalam penelitian ini adalah soal cerita berbentuk bilangan pecahan karena melihat keterbatasan waktu dalam penelitian ini.

Haji (Marsudi Raharjo, dkk, 2009: 2) mengungkapkan bahwa untuk me-nyelesaikan soal cerita dengan benar diper-lukan kemampuan awal, yaitu kemampuan untuk: (1) menentukan hal yang diketahui dalam soal, (2) menentukan hal yang di-tanyakan, (3) membuat model matematika, (4) melakukan perhitungan, dan (5) meng-interpretasikan jawaban model ke per-masalahan semua.

Dari pendapat di atas dapat di-simpulkan bahwa untuk menyelesaikan soal matematika umumnya dan soal cerita khususnya, dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: (1) membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat, (2) memisahkan dan me-ngungkapkan apa yang diketahui dalam soal, apa yang diminta/ditanyakan dalam soal, operasi pengerjaan apa yang di-perlukan, (3) membuat model matematika dari soal, (4) menyelesaikan model me-nurut aturan-aturan matematika sehingga mendapatkan jawaban dari model tersebut, dan (5) menuliskan jawaban akhir sesuai dengan permintaan soal.

Penyelesaian soal cerita dalam penelitian ini menggunakan masalah riil sebagai titik awal. Oleh karena itu, ma-tematika yang digunakan adalah Mate-matika realistik yang dimaksudkan dalam hal ini adalah matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran.

De Lange, Gravemeijer, dan Tref-fers (Sutarto Hadi, 2002: 7) me-nyatakan:“There are some principles that are embedded within this belief and could be viewed as an abstraction of twenty years of RME movement in the Netherlands. Those principles have been elaborated into five tenets of RME, namely (1) the use of contextual problems, (2) bridging by vertical instruments, (3) pupil contribution, (4) interactivity, and (5) intertwining”.

Karakteristik PMR menggunakan: konteks “dunia nyata”, model-model, pro-duksi dan kontruksi siswa, interaktif dan keterkaitan. Pembelajaran matematika realistik merupakan teori belajar mengajar dalam pendidikan matematika. Teori pembe-lajaran matematika realistik pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Be-landa pada tahun 1970 oleh Institut Freu-denthal. Freudenthal berpendapat bahwa matematika harus diartikan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas ma-nusia.

Suatu masalah disebut “realistik” jika masalah tersebut dapat dibayangkan (ima-gineable) atau nyata (real) dalam pikiran siswa.Realistik yang dimaksudkan disini mengacu pada realitas dan pada sesuatu yang dapat dibayangkan. Oleh karena itu, permasalahan rea-listik digunakan sebagai pondasi dalam membangun konsep matematika atau disebut juga sebagai sumber untuk pem-belajaran (a source for learning).

Langkah pembelajaran PMR yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Langkah – 1. Guru memberikan masalah dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan materi. Pada langkah ini guru menyajikan masalah kontekstual (nyata) kepada siswa sebagai titik tolak aktivitas pembelajaran siswa.
Langkah – 2. Mengidentifikasi konsep matematika yang relevan dengan
masalah, lalu mengorganisasi masalah sesuai konsep matematika. Langkah ini ditempuh saat siswa mengalami kesulitan memahami masalah dengan memberikan pertanyaan pancingan yang dapat mengarahkan siswa untuk memahami masalah.
Langkah – 3. Secara bertahap meninggalkan masalah dunia nyata melalui proses pemodelan secara simbolik untuk menerjemahkan masalah dunia nyata ke dalam masalah matematika. Pada tahap ini, guru memberikan contoh bentuk pemo-delan untuk membantu siswa membangun modelnya sendiri.
Langkah – 4. Menyelesaikan masalah matematika dengan cara anak sen-diri. Pada tahap ini siswa didorong me-nyelesaikan masalah kontekstual dengan berdiskusi kelompok.
Langkah – 5. Menterjemahkan kembali solusi matematis ke dalam situasi nyata. Dari hasil diskusi kelas guru meng-arahkan siswa untuk menarik kesimpulan.

#  #  #  #  #  #  #

Untuk membaca lebih lanjut mengenai Jurnal ini silahkan klik link dibawah ini:
Download Link:

Download Jurnal - Penerapan PMR Dalam Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Sekian artikel dari Jurnal Pendidikan Inside mengenai Jurnal - Penerapan PMR Dalam Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita, yang dapat kalian jadikan acuan untuk membuat Jurnal.
Lihat juga:
Download Contoh Jurnal Tentang Pendekatan Pembelajaran