-->

Jurnal - Peningkatan Pembelajaran Dengan Pembelajaran Kooperatif Model Make A Match

Ditulis oleh: Jurnal Pendidikan Inside
Berikut ulasan mengenai Jurnal - Peningkatan Pembelajaran Dengan Pembelajaran Kooperatif Model Make A Match, yang dapat kalian jadikan acuan untuk membuat Jurnal. Silahkan disimak!

Abstract: The Increasing of Instructional at Elementary School with “Make A Match” Model of Cooperative Learning. This Science is to know increased of instructional with Make A Match model of cooperative learning. This science used classroom action research methode which three cycles. Each of which involed planning, implementing, observing, and reflecting.The subject of the science is fifth grade at elementary school, it is twenty one of students at Mudal Elementary School, twenty four of students at Sumberadi State Elementary School, and twenty seven of student at Jogomulyo State Elementary School. The result of the research showed that Make A Match model of cooperative learning can increase instructional at elementary School, it is the increasing of process and product of study.
Password: Instructional, Cooperative, Make A Match

Abstrak: Peningkatan Pembelajaran di Sekolah Dasardengan Pembelajaran Kooperatif Model Make A Match. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pembelajarandengan menggunakan pembelajaran kooperatif model Make A Match di sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus mencakup tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.Subyek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 21anak di SD Negeri Mudal, 24 anak di SD Sumberadi dan 27 anak di SD Negeri 2 Jogomulyo.Hasildari penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model Make A Match dapat meningkatkan pembelajaran di Sekolah Dasar, yang meliputi peningkatan dalam proses dan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Pembelajaran, Kooperatif, Make A Match


PENDAHULUAN

Hasil pengamatan peneliti, pembelajaran di sekolah dasar selama ini masih bersifat konvensional. Dalam mengajar guru hanya mengandalkan ceramah secara klasikal. Pembelajaran seperti ini kurang efektif dan kurang memberdayakan potensi siswa. Guru belum dapat menciptakan pro-ses pembelajaran yang efektif dan efisien. Selain itu, pembelajaran masih terpusat pada guru. Pada saat proses pembelajaran di kelas interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri. Kegiatan belajar mengajar seharusnya mampu mengoptimalkan semua potensi siswa untuk menguasai kompetensi yang diharapkan.

Proses belajar mengajar sebaiknya dilandasi dengan prinsip-prinsip berpusat pada siswa, mengembangkan kreativitas siswa, menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, mengembangkan kemam-puan yang bermuatan nilai, menyediakan pengalaman belajar yang beragam, dan belajar melalui berbuat. Berdasarkan hal tersebut di atas, baik guru maupun siswa di sekolah dasar memerlukan adanya inovasi model pem-belajaran. Inovasi pembelajaran tersebut di-gunakan untuk meningkatkan kualitas pem-belajaran. Salah satu alternatif model pem-belajaran yang dapat dikembangkan adalah model Make A Match. Model Make A Match ini mengutamakan adanya ke-lompok. Model Make A Match meng-utamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pe-ngetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan model ini dimulai dari siswa disuruh men-cari pasangan kartu yang merupakan soal/jawaban sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

Dari uraian diatas timbul suatu permasalahan yaitu bagaimanakah peng-gunaan model Make A Match dalam pe-ningkatan pembelajaran di SD? dan apakah terdapat kekurangan dan kelebihan peng-gunaan model Make A Match dalam pem-belajaran di SD? Tujuan dari penelitian ini adalah un-tuk mengetahui peningkatan pembelajaran dengan menggunakan model Make A Match di SD.

Sugiyanto mengemukakan bahwa “Pembelajaran kooparatif (Cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”(2008: 35). Nurhadi dan Senduk mengemu-kakan bahwa “Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asuh sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa” (Wena, 2009).

Prinsip dari pembelajaran koope-ratif menurut Roger dan Johnson ada 5 unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut: Prinsip ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi tatap muka, partisipasi dan komunikasi, evaluasi proses kelompok(Lie,2008: 31).

Make A Match merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif. Make A Match dikembangkan oleh Lorna Curran. Salah satu keunggulan Make A- Match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. (Sugiyanto, 2008).

Model pembelajaran mencari pa-sangan dikembangkan oleh Lorna Curran. Suprijono (2011: 94) menyatakan bahwa yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaran Make A Match adalah kartu-kartu yang berisi pertanyaan dan kartu yang lain berisi jawaban.

Menurut Ramadhan (2008) menyatakan bahwa “salah satu keunggulan model Make A Match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang me-nyenangkan. Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik”.

Berdasarkan pendapat di atas, pada dasarnya pembelajaran kooperatif selalu berkelompok dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Pembelajaran yang meng-utamakan kegiatan berkelompok maka, pe-serta didik cenderung melatih kerjasama antar anggota kelompok.

Langkah-langkah penerapan mo-del Make A Match menurut Lie, sebagai berikut: 1) Guru menyajikan materi pelajaran; 2) Guru membagikan tugas untuk dikerjakan siswa; 3) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban; 4) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/ jawaban; 5) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang; 7) Setiap siswa mencari pa-sangan kartu yang cocok dengan kartunya; 8) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin; 9) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan temannya (tidak dapat me-nemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapat hukuman, yang telah di-sepakati bersama; 10) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa men-dapatkan kartu yang berbeda dari se-belumnya, demikian seterusnya; 11) Siswa juga bisa bergabung dengan 2atau3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok; 12) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pel-ajaran(2008: 46).

Menurut Yasa langkah-langkah penerapan model Make A Match sebagai berikut: 1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban; 2) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban; 3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang; 4) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya; 5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin; 6) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapat-kan hukuman, yang telah disepakati ber-sama. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian se-terusnya; 7) Siswa juga bisa bergabung de-ngan 2 atau 3 siswa lainnya yang me-megang kartu yang cocok; 8) Guru ber-sama-sama dengan siswa membuat kesim-pulan terhadap materi pelajaran(2008).

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti peneliti mengembangkan langkah-langkah model Make A Match pada pelaksanaan tindakan di kelas adalah sebagai berikut: 1) guru menyiapkan materi yang akan diajarkan; 2) guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban; 3) setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/ jawaban; 4) tiap siswa memikirkan soal/jawaban dari kartu yang dipegang; 5) Siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya; 6) siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin; 7) jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan temannya akan mendapat hukuman, yang telah disepakati bersama; 8) setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapatkan kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya; 9) siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok; 10) guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran; 11) Guru melakukan evaluasi dan memberitahukan tentang pertemuan selanjutnya.

Kelebihan model Make A Match menurut Lie adalah sebagai berikut; meningkatkan partisipasi siswa dalam pem-belajaran, cocok untuk tugas sederhana, siswa lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok, interaksi dalam pembelajaran lebih mudah dan cepat membentuknya(2008: 46).
Kekurangan model Make A Match antara lain; banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor, lebih sedikit ide yang muncul, jika ada perselisihan tidak ada penengah.

#  #  #  #  #  #  #

Untuk membaca lebih lanjut mengenai Jurnal ini silahkan klik link dibawah ini:
Download Link:

Download Jurnal - Peningkatan Pembelajaran Dengan Pembelajaran Kooperatif Model Make A Match

Sekian artikel dari Jurnal Pendidikan Inside mengenai Jurnal - Peningkatan Pembelajaran Dengan Pembelajaran Kooperatif Model Make A Match, yang dapat kalian jadikan acuan untuk membuat Jurnal.
Lihat juga:
Download Contoh Jurnal Tentang Model Pembelajaran