Abstract: Contextual Approaching in Natural Science Learning and Mathematics at Elementary School. The purposes of research were: (1) describing contextual approaching purpose in natural science learning and Math at elementary school, and (2) describe learning result step-ups natural science and Math with contextual approaching. This research represent Classroom Action Research (CAR). Actions observational procedure braze as planning, performing, watch, and reflection. Action performing is performed in three cycles, each cycle three appointments. Its result points out that approaching contextual can increase natural science learning result and Mathematics.
Keyword: Approach, Contextual Teaching Learning, Learning, Natural Science, Math
Abstrak: Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran IPA dan Matematika di Sekolah Dasar. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPA dan Matematika di sekolah dasar, dan (2) mendeskripsikan peningkatan hasil pembelajaran IPA dan Matematika dengan pendekatan kontekstual. Penelitian ini menggunakan teknik Penelitian Tindakan Kelas. Prosedur penelitian tindakan kelas berupa perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam tiga siklus, masing-masing siklus tiga pertemuan. Hasilnya menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil pembelajaran IPA dan Matematika.
Kata Kunci: Pendekatan, Contextual Teaching Learning, Pembelajaran, IPA, Matematika
Pendahuluan
Pendidikan merupakan dasar yang penting untuk kemajuan suatu bangsa. Oleh sebab itu pemerintah sangat mengharapkan pendidikan di Indonesia benar-benar menjadi bermutu agar mem-peroleh hasil yang sesuai dengan keingin-an, yaitu tercetaknya generasi penerus bangsa yang mampu bersaing dalam kehidupan dunia. Pada saat ini pendidikan di Indonesia didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan. Metode yang menjadi pilihan dalam strategi belajar adalah metode ceramah. Siswa hanya sebagai pendengar yang hanya menerima apa yang disampai-kan oleh guru sehingga pengetahuan awal siswa sering terabaikan. Apa yang diajarkan guru adalah yang tercantum dalam kurikulum dan buku materi tanpa ada pengembangan dari guru. Guru hanya mentransfer ilmu-ilmu untuk dihafalkan, bukan untuk dipahami. Akibatnya ilmu yang dimiliki siswa nantinya hanya dapat diingat sesaat (short term memory). Hal ini sering dialami dalam pembelajaran IPA dan Matematika.
Anak usia sekolah dasar adalah anak yang sedang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan intelektual, emosional maupun pertumbuhan badaniyah,kecepatan pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga terjadi berbagai variasi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Ini suatu faktor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada anak-anak sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang sama.
Dengan karakteristik siswa yang telah diuraikan seperti di atas, guru di-tuntut untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman belajar yang akan diberikan kepada siswa dengan baik dan menyampaikan hal-hal yang ada di lingkungan sekitar kehidupan siswa sehari-hari sehingga materi pelajaran yang dipelajari tidak abstrak dan lebih bermakna bagi anak. Selain itu, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk proaktif dan mendapatkan pengalaman langsung baik secara individual maupun dalam kelompok.
Anak sekolah dasar merupakan individu yang sedang berkembang, barang kali tidak perlu lagi diragukan keberanian-nya. Setiap anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan fisik maupun mental yang mengarah kepada yang lebih baik. Tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan sosial maupun nonsosial meningkat. Lebih lanjut karakteristik anak sekolah dasar secara umum menurut Basset, Jack dan Logan (dalam Sumantri dan Permana, 2001: 11) adalah sebagai berikut: (1) secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi mereka sendiri; (2) senang bermain dan lebih suka bergembira/riang; (3) suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru; (4) biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berpretasi sebagai mana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan; (5) belajar secara efektif ketika mereka puas dengan situasi yang terjadi; (6) belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif dan mengejar anak-anak lainnya.
Pendidikan IPA dan Matematika diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan sebagai dasar mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pem-belajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung. Pendidikan IPA diarahkan inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih men-dalam. Diharapkan juga dalam pem-belajaran IPA ada penekanan pembelajaran salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA diarahkan pada proses penemuan melalui inkuiri secara langsung dalam mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, selanjutnya dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan kemampuan merancang dan membuat suatu karya serta mampu mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.
Matematika merupakan bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang keteraturan, dan struktur yang ter-organisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil (Heruman: 2007). Tim Penyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI merumuskan Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari per-kembangan tekhnologi modern, mem-punyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia (2007). Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa pengertian matematika merupakan ilmu yang universal dan men-dasari disiplin-disiplin ilmu yang lain di antaranya ilmu ekonomi, sosial dan alam. Matematika pun selalu berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari yang biasa digunakan untuk memecahkan masalah.
Sayangnya selama ini yang terjadi seringkali pembelajaran IPA dan Matematika diajarkan secara konvensinal yang tujuan utamanya adalah siswa me-nguasai fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tanpa memberi pe-ngalaman langsung. Proses ini dilakukan dengan cara membaca buku paket, membaca buku LKS yang dimiliki siswa, mendengarkan ceramah guru, sesekali tanya jawab, mencatat, dan mengerjakan soal latian dari guru. Pembelajaran jarang sekali diarahkan untuk inkuiri dan berbuat secara langsung. Hal ini terlihat pada jarangnya siswa menggunakan alat peraga atau pun melakukan praktik. Dengan demikian siswa tidak memperoleh pemahaman yang mendalam.
Selain kekurangan pembelajaran IPA dan Matematika sebagaimana dijelas-kan di atas, ada dampak lain yang timbul dari pembelajaran konvensional, yaitu rendahnya nilai siswa pada mata pelajaran tersebut. Untuk mengatasi masalah-masalah tidak sesuainya pen-dekatan konvensional dan rendahnya nilai siswa pada mata pelajaran IPA dan Matematika, maka guru perlu menciptakan pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif. Pembelajaran inovatif yang dirasa tepat untuk mengatasi masalah-masalah yang ada selama ini yaitu dengan pendekatan kontekstual. Nurhadi (2004: 4) mengemukakan bahwa Pendekatan Kontekstual pada hakikatnya konsep belajar yang seharusnya guru meng-hadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikanya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga di masyarakat.
Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, membantu siswa menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip tidak hanya dengan menghafal tetapi dengan proses karena di dalamnya ada penemuan proses dalam belajar. Kegiatan mengaitkan materi dengan situasi dunia nyata dapat membantu siswa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena pem-belajaran dikaitkan dengan dunia nyata, maka siswa belajar secara langsung dengan lingkungannya. Pendekatan kontekstual melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, siswa dapat belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, dan saling mengoreksi. Siswa dapat menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif dengan adanya praktik percobaan atau inkuiri. Belajar dengan mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata siswa dan belajar secara langsung dengan mengalami sendiri tentu akan meninggal-kan kesan yang mendalam dan melekat kuat yang senantiasa pengalamannya dapat selalu diingat.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penggunaan pendekatan kontekstual dalam pem-belajaran IPA dan Matematika di sekolah dasar?; dan (2) Apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil pembelajaran IPA dan Matematika di sekolah dasar?
Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan penggunaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran IPA dan Matematika di sekolah dasar, dan (2) mendeskripsikan peningkatan hasil pem-belajaran IPA dan Matematika dengan pendekatan kontekstual di sekolah dasar.
# # # # # # #
Untuk membaca lebih lanjut mengenai Jurnal ini silahkan klik link dibawah ini:
Download Link:
Download Jurnal - Contextual Approaching In Natural Science Learning And Mathematics At Elementary School
Sekian artikel dari Jurnal Pendidikan Inside mengenai Jurnal - Contextual Approaching In Natural Science Learning And Mathematics At Elementary School, yang dapat kalian jadikan acuan untuk membuat Jurnal.
Lihat juga:
Download Contoh Jurnal Tentang Pendekatan Pembelajaran