-->

Jurnal - Pembelajaran Inovatif Dengan Media Manik-Manik Dalam Peningkatan Hasil Belajar

Ditulis oleh: Jurnal Pendidikan Inside
Berikut ulasan mengenai Jurnal - Pembelajaran Inovatif Dengan Media Manik-Manik Dalam Peningkatan Hasil Belajar, yang dapat kalian jadikan acuan untuk membuat Jurnal. Silahkan disimak!

Abstract: Innovative Learning With Beads Media in Learning Result Improved Integer at Elementary School. This research aims to improve learning result integer in elementary school. This research used Classroom Action Research (CAR), which was implemented in three cycles, each cycle consisting of three meetings include planning, implementation, observation, and reflection. The results show that innovative learning can improve learning result integer in elementary school.
Key Words: innovative instruction, beads, integers.

Abstrak: Pembelajaran Inovatif dengan media Manik-manik dalam Peningkatan Hasil Belajar Bilangan Bulat di Sekolah Dasar. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Bilangan Bulat di sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam tiga siklus, masing-masing siklus terdiri dari tiga pertemuan mencakup tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasilnya menunjukkan bahwa pembelajaran yang inovatif dapat meningkatkan hasil belajar Bilangan Bulat di sekolah dasar.
Kata Kunci: pembelajaran inovatif, manik-manik, bilangan bulat.


PENDAHULUAN

Proses pendidikan yang terjadi di sekolah terutama di Indonesia, pada umumnya belum sepenuhnya menerapkan pembelajaran sampai anak menguasai pembelajaran secara tuntas. Banyak guru yang hanya memberikan pelajaran kepada siswa tanpa mempertimbangkan pengua-saan materi yang didapat oleh siswa, apakah siswa tersebut sudah sepenuhnya memahami materi pelajaran atau sebalik-nya. Hal ini mengakibatkan banyak siswa yang tidak menguasai materi pelajaran secara penuh, meskipun sudah dinyatakan lulus atau tamat dari sekolah, tetapi mutu pendidikan secara nasional masih sangat rendah.

Hal-hal seperti itulah yang sering terjadi di sekolah-sekolah, terutama se-kolah dasar tentang materi pokok Bilangan Bulat. Siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini dapat dilihat dari rendahnya nilai prestasi pada Ulangan Akhir Semester (UAS), yaitu dengan rata-rata kelas 51. Dari rata-rata kelas tersebut, hanya 35% dari jumlah siswa yang dapat mencapai nilai KKM. Masalah tersebut merupakan masalah yang berkaitan dengan proses pembe-lajaran yang dilakukan guru, terutama pada pelajaran Matematika. Mengingat Matema-tika merupakan mata pelajaran yang jawa-bannya sudah pasti dan memerlukan logika berpikir yang tinggi. Masalah tersebut mempengaruhi kelancaran proses pembe-lajaran Matematika di kelas. Peneliti berusaha membuat kondisi dan pola pikir siswa sekolah dasar khususnya dalam membelajarkan Matematika pada materi bilangan bulat dengan menggunakan sis-tem pembelajaran yang inovatif baik menggunakan model, media maupun pen-dekatan untuk meningkatkan unjuk kerja siswa ke tingkat pencapaian suatu pokok bahasan yang lebih memuaskan. Inovasi adalah kreasi. Inovasi membuat produk, proses, cara, pelayanan, teknologi, atau gagasan lebih unggul dan baru sehingga seluruh bagian keunggulan dan kebaruannya diakui pasar, pemerintah, maupun masyarakat. Inovasi sering dimaknai sama dengan kreasi. Inovasi berbeda dengan penemuan baru. Makna inovasi lebih menekankan pada penerapan ide baru sehingga produk inovatif berupa produk baru, proses baru, layanan baru, teknologi baru, sedangkan penemuan baru merujuk secara langsung pada pengolahan pikiran kreatif sehingga menemukan ide baru atau metode baru.

Suyatno (2009) mengemukakan bah-wa Inovatif (innovative) yang berarti new ideas or techniques, merupakan kata sifat dari inovasi (innovation) yang berarti pembaharuan, juga berasal dari kata kerja innovate yang berarti make change atau introduce new thing (ideas or tech-niques) in oerder to make progress. Pem-belajaran, merupakan terjemahan dari lear-ning yang artinya belajar, atau pembe-lajaran. Jadi, pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas oleh pebelajar atas dorongan gagasan barunya yang meru-pakan produk dari learning how to learn untuk melakukan langkah-langkah belajar, sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar. Pembelajaran inovatif juga mengan-dung arti pembelajaran yang dikemas oleh guru atau instruktur lainnya yang meru-pakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru agar mampu memfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil belajar. Berdasarkan definisi secara harfiah pembelajaran ino-vatif tersebut, tampak di dalamnya terkandung makna pembaharuan. Gagasan pembaharuan muncul sebagai akibat se-seorang merasakan adanya anomali atau krisis pada paradigma yang dianutnya dalam memecahkan masalah belajar.

Oleh sebab itu, dibutuhkan paradigma baru yang diyakini mampu memecahkan masalah tersebut. Perubahan paradigma seyogyanya diakomodasi oleh semua manusia, karena manusia sebagai individu adalah makhluk kreatif. Namun, perubahan sering dianggap sebagai pengganggu kenyamanan diri ka-rena pada hakekatnya seseorang secara alamiah lebih mudah terjangkit virus rutinitas. Salah satu unsur pokok dalam pem-belajaran Matematika di sekolah dasar adalah matematika itu sendiri. Seorang guru di sekolah dasar yang akan me-ngajarkan Matematika haruslah menge-tahui objek yang akan diajarkannya. Dalam pembelajaran Matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami oleh siswa. Dalam Matematika, setiap konsep abstrak yang baru dipahami siswa harus segera diberi penguatan, agar mengendap dan tahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya.

Belajar Matematika seorang siswa diharapkan mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen sebagai alat pemecahan masalaha melalui pola pikir. Pendidikan pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan setiap manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Mata pelajaran Matematika adalah salah satu mata pe-lajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan dan merupakan bagian integral dari pendidikan nasional serta tidak kalah pentingnya bila dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lain. Matematika juga meru-pakan ilmu dasar atau “basic science”, yang penerapannya sangat dibutuhkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.

Muhsetyo, dkk., (2008) untuk menge-nalkan konsep operasi hitung pada sistem Bilangan Bulat dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaiti tahap pengenalan konsep secara konkret, semi konkret atau semi abstrak. Upaya pengembangan tersebut harus dilak-sanakan melalui pembelajaran yang ino-vatif. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Matematika tentang Bilangan Bulat.

Matematika menurut Russefendi ada-lah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang keteraturan, dan struktur yang ter-organisasi yang dimulai dari unsur yang tidak didefinisikan, keaksioma atau pos-tulat, dan akhirnya ke dalil (Heruman, 2007). Selanjutnya Johson dan Rising me-nyatakan bahwa matematika merupakan pola berfikir, pola mengorganisasikan pem-buktian yang logis, bahasa yang meng-gunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa ba-hasa simbol mengenai arti dari pada bunyi (Karso, 2006).

Salah satu kemampuan yang harus di-miliki guru sebagai salah satu unsur pen-didik agar mampu melaksanakan tugas profesionalnya adalah memahami bagai-mana peserta didik belajar dan bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peserta didik, serta memahami tentang bagaimana peserta didik belajar dalam mengorganisasikan proses pembelajaran, maka diperlukan suatu pen-dekatan pembelajaran yang nantinya mem-permudah proses belajar mengajar.

Mujid mengemukakan bahwa “pen-dekatan dapat diartikan sebagai sepe-rangkat asumsi berkenaan dengan hakikat belajar mengajar agama Islam” (2006: 132). Sementara itu, Killen mengemukakan dua pendekatan utama dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada ak-tivitas guru (teacher-centered) dan pen-dekatan yang berpusat pada aktivitas siswa (Anitah, dkk., 2008).

Tujuan proses belajar mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Salah satu cara yang digunakan oleh guru agar siswa dapat menguasai materi yang diajarkan adalah dengan cara belajar tuntas atau yang sering disebut dengan mastery learning. Bloom berpendapat bahwa tingkat keber-hasilan dapat tercapai jika pengajaran yang dilakukan guru secara klasikal bermutu baik dan berbagai tindakan korektif terhadap siswa yang mengalami kesulitan dilakukan dengan tepat (Winkel, 1996).

Karso mengemukakan bahwa bila-ngan bulat adalah penggabungan dari bilangan-bilangan cacah yaitu 0, 1, 2, 3, 4 … dan seterusnya dengan bilangan-bilangan asli negatif yaitu -1, -2, -3, -4 … dan seterusnya. Jadi bilangan-bilangan bulat yaitu …, -4, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, 4 …, bilangan-bilangan bulat negatif yaitu …-4, -3, -2, -1, dan bilangan nol (0) yaitu bilangan yang tidak positif dan tidak pula negatif (netral) (2006). Wahyudi juga mengemukakan bahwa bilangan bulat merupakan gabungan antara bilangan asli dengan bilangan-bilangan negatifnya serta bilangan nol (2008). Maka dapat disim-pulkan bahwa pada bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat negatif yaitu bilangan bulat yang terletak di sebelah kiri angka 0 (nol), bilangan bulat positif ialah bilangan bulat yang terletak di sebelah kanan angka 0 (nol), dan bilangan 0 (nol), tidak positif dan tidak negatif.

Media pembelajaran adalah segala alat pembelajaran yang digunakan guru sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan untuk me-nyampaikan bahan-bahan instruksional da-lam proses belajar mengajar sehingga merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembe-lajaran. Manik-manik digunakan untuk memberikan pemahaman tentang penger-jaan bilangan dengan menggunakan pende-katan konsep himpunan. Sesuai konsep pada himpunan, kita dapat menggabungkan atau memisahkan dua himpunan yang dalam hal ini anggotanya berbentuk manik-manik. Bentuk manik-manik ini dapat berupa bulatan-bulatan setengah lingkaran yang apabila sisi diameternya digabungkan akan membentuk lingkaran penuh. Bentuk alat ini juga dapat dimodifikasi ke dalam bentuk-bentuk lain asal sesuai dengan prin-sip kerjanya. Alat ini biasanya terdiri atas dua warna, misalnya kuning untuk menandakan bilangan negatif dan biru untuk menandakan bilangan positif (Muhsetyo, dkk., 2008).

Berdasarkan uraian di atas, maka ru-musan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah pembelajaran inovatif dengan me-dia manik-manik dapat meningkatkan hasil belajar bilangan bulat di sekolah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mening-katkan hasil belajar bilangan bulat di seko-lah dasar.

#  #  #  #  #  #  #

Untuk membaca lebih lanjut mengenai jurnal ini silahkan klik link dibawah ini:
Download Link:

Jurnal - Pembelajaran Inovatif Dengan Media Manik-Manik Dalam Peningkatan Hasil Belajar

Sekian artikel dari Jurnal Pendidikan Inside mengenai Jurnal - Pembelajaran Inovatif Dengan Media Manik-Manik Dalam Peningkatan Hasil Belajar, yang dapat kalian jadikan acuan untuk membuat Jurnal.
Lihat juga:
Download Contoh Jurnal Tentang Media Pembelajaran