-->

Jurnal - Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalan Peningkatan Motivasi Belajar Matematika

Ditulis oleh: Jurnal Pendidikan Inside
Berikut ulasan mengenai contoh jurnal pendidikan, penelitian maupun ilmiah tentang Jurnal - Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalan Peningkatan Motivasi Belajar Matematika, yang dapat kalian download dalam bentuk word (doc) maupun pdf dan dapat kalian jadikan acuan untuk membuat jurnal. Silahkan disimak!

Abstract: The Application of Contextual Appoach in Improveing the Motivation in Math Learning III grade student SD. The purposed to describe the application of contextual approach to improve the motivation student grade III SD. This research is a classroom action research in three cycle. The subjects were elementary school students in third grade state Buniayu with total 25 students. The data was collected by using observation questionnaire and assessment learning. The data analysis technique used is the descriptive technique supported by qualitative and quantitative data. The validation of data is using triangulation technique. The results of research shows that the contextual approach is able to increase the motivation and result learning math at III grade student.Keywords: Study Motivation, Contextual Approach, Math.

Abstrak: Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas III SD. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas III SD. Penelitian ini penelitian tindakan kelas dalam tiga siklus. Subjek penelitian siswa kelas III SDN  Buniayu semester 2 sejumlah 25 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, angket, dan penilaian hasil belajar. Teknik analisis data yang dipergunakan adalah teknik deskriptif yang didukung oleh data kualitatif maupun data kuantitatif. Validitas data menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas III.
Kata Kunci: Motivasi Belajar, Pendekatan Kontekstual, Matematika.


PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia dalam hidupnya. Dengan pendidikan itu, manusia dapat mengembangkan potensi dirinya sehingga menjadi manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berkualitas memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan di setiap sektor pembangunan khususnya dalam bidang pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai untuk mengembangkan kecakapan hidup siswa agar dapat bertahan hidup, menyesuaikan diri dan berhasil di masa mendatang. Guru merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pendidikan.

Keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah juga dipengaruhi oleh berbagai macam komponen antara lain pemahaman guru terhadap kurikulum, penguasaan terhadap materi, pemilihan metode dan media yang tepat, situasi dan kondisis lingkungan sekitar. Sejak diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam menciptakan model-model pembelajaran yang dapat mengubah kata mengajar menjadi belajar, sehingga dalam suatu pembelajaran siswa dapat mengalami belajar, tidak hanya menerima saja transfer ilmu pengetahuan dari guru. Lebih dari itu, siswa dituntut untuk dapat mencari dan menemukan sendiri konsep materi pembelajaran, sehingga tidak hanya guru, melainkan siswa juga harus kreatif dan aktif.

Sebagai seorang pendidik, profesionalisme seorang guru terletak pada kemampuan untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswanya. Seperti yang dikemukakan Sugiyanto (mengutip simpulan Degeng) daya tarik suatu mata pelajaran ditemukan oleh dua hal, pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua, oleh cara mengajar guru (2009: 1). Oleh karena itu, tugas professional seorang guru adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadikannya menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tak berarti menjadi bermakna.

Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SMA bahkan perguruan tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Menurut simpulan Cornelius, mengemukakan bahwa ada lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan 1) sarana berpikir yang jelas dan logis, 2) sarana untuk memecahkan masalah, 3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, 4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, 5) sarana untuk meningkatkan kesadaran pengembangan budaya (Abdurrahman, 2003: 253).

Muhsetyo (2007: 1.26), pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Tujuan pembelajaran matematika adalah melatih cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif dan konsisten. Pembelajaran matematika yang diberikan oleh guru harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Siswa harus dapat mengubungkan apa yang telah dimiliki dalam struktur berpikirnya yang berupa konsep matematika, dengan permasalahan yang ia hadapi.

Berbicara masalah proses pembelajaran sering kali kita menjadi kecewa karena melihat proses tersebut monoton dan selalu didominasi oleh guru. Siswa pada umumnya tidak aktif dalam pembelajaran di dalam kelas terutama dalam pembelajaran matematika, yang lebih banyak materi abstrak dibandingkan mata pelajaran lain. Sebagian siswa tidak mampu menghubungkan apa yang mereka pelajari di sekolah dengan penggunaan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini merupakan tantangan bagi guru, agar dapat menggali kompetensi yang di miliki siswa sehingga semua siswa dapat mengingat konsep yang di berikan dalam jangka waktu lama dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari. Pendekatan pembelajaran yang dapat memberdayakan siswa dalam belajar adalah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Hal ini sesuai dengan hakikat pembelajaran kontekstual.

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) menurut simpulan Nurhadi adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa (Sugiyanto, 2009 : 14). Pembelajaran kontekstual mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. Menurut simpulan Johnson CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka (Sugiyanto, 2008: 67).

Pengajaran kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka. Pendekatan kontekstual mengasumsikan bahwa secara natural pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang, dan itu dapat terjadi melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan bermanfaat (Trianton, 2007: 104).

Menurut Sugiyanto (mengutip simpulan Sanjaya) pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran yakni: (1) konstrukstivisme, (2) inkuiry, (3) bertanya, (4) masyarakat belajar, (5) pemodelan, (6) refleksi, (7) penilaian sebenarnya (2008: 21). Menurut Masnur (2008: 42), pembelajaran dengan pendekatan kontekstual mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting), (2) pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugastugas yang bermakna (meaningful learning), (3) pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning by doing), (4) pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman (learning in a group), (5) pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply), (6) pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together), (7) pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).

Langkah-langkah penerapan pendekatan kontekstual dalam kelas adalah sebagai berikut: (1) Menentukan materi dan masalah sebelum pembelajaran (penentuan materi dan masalah yang akan diselesaikan dalam pembelajaran). (2) Memberikan penanaman, pengarahan, dan motivasi kepada siswa bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika mereka mengkonstruksi atau mendapatkan sendiri suatu pengetahuan atau konsep dengan pengalaman yang mereka dapat sendiri (Konstruktivisme). (3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya ataupun sebaliknya guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Untuk membangkitkan respon siswa (Bertanya). (4) Menggerakkan siswa untuk membentuk kelompok dalam kelas. Pembentukan dilakukan secara merata oleh guru. Dengan tujuan akan terjalin dan berkembangnnya ketrampilan siswa dalam berkomunikasi, dalam kelas. Yaitu dari siswa – diskusi kelompok, siswa-diskusi kelompok diskusi kelas. Ataupun menjalin hubungan dengan orang-orang yang berada di sekotar anak (Masyarakat Belajar). (5) Guru atau siswa ataupun guru bersama-sama siswa melakukan pemodelan misal dengan guru bersama siswa melakukan demonstrasi di depan kelas atau siswa melakukan, memberikan, dan memperagakan sesuatu di depan kelas (Pemodelan). (6) Melakukan inkuiri dalam pembelajaran yaitu dengan siswa melakukan percobaan dan observasi untuk menemukan pengetahuan, informasi, dan konsep itu (Inkuiri). (7) Mengajak siswa bersamasama melakukan refleksi atau melihat kembali apa yang telah mereka pelajari sekilas (Refleksi). (8) Melakukan penilaian sebenarnya yaitu guru menilai dari hasil pekerjaan siswa baik berupa hasil belajar siswa ataupun hasil karya siswa (Penilaian sebenarnya).

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku baru di dalam kepribadiannya secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman, latihan atau interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotorik relatif menetap untuk memperoleh tujuan tertentu yang bersifat relatif lama dan
menetap. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, yang hanya dialami oleh siswa itu sendiri. Guru dapat mengamati proses belajar siswa dengan memahami perubahan perilaku yang tampak pada siswa ketika pembelajaran berlangsung.  Dalam proses pembelajaran, guru harus mampu mengenali kepribadian siswa masing-masing dalam upaya pemberdayaan diri. Guru dituntut untuk mampu membimbing dan memfasilitasi siswa agar mereka dapatmemahami kekuatan, kelebihan maupun kekurangan yang mereka miliki, untuk selanjutnya guru memberikan motivasi agar siswa terdorong untuk bekerja atau belajar sebaik
mungkin untuk mewujudkan keberhasilannya.

Motivasi adalah salah satu prasyarat yang amat penting dalam belajar. Gedung dibuat, guru disediakan, alat belajar lengkap, dengan harapan supaya siswa masuk sekolah dengan semangat. Tetapi semua itu akan sia-sia, jika siswa tidak ada motivasi untuk belajar (Esti, 2008:328). Motivasi adalah suatu dorongan atau perubahan energi dalam diri seseorang secara sadar untuk mempengaruhi agar ia tergerak untuk melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan. Motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu (1) mtivasi instrinsik dan (2) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang misalanya minat atau keinguntahuan. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri seseorang misalnya situasi belajar, hadiah maupun hukuman.

Hakekat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Motivasi belajar merupakan suatu tenaga pendorong atau kekuatan yang mampu mengubah energi dalam diri seseorang untuk mengalami perubahan tingkah laku melalui latihanlatihan yang relatif lama.

Berdasarkan uraian di atas maka masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan pendekatan kontekstual yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas III SDN 2 Buniayu Kecamatan Tambak pada Tahun ajaran 2012/2013?

Penelitian ini bertujuan untuk: mendeskripsikan penerapan pendekatan kontekstual dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas III SDN 2 Buniayu Kecamatan Tambak pada Tahun ajaran 2012/2013 terhadap pembelajaran matematika.

# # # # # # #

Untuk membaca lebih lanjut mengenai jurnal ini silahkan klik link dibawah ini:
Download Link:

Download Jurnal - Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalan Peningkatan Motivasi Belajar Matematika

Sekian artikel mengenai Jurnal - Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalan Peningkatan Motivasi Belajar Matematika, yang dapat kalian jadikan acuan untuk membuat jurnal.
Lihat juga:
Download Contoh Jurnal Matematika
Download Contoh Jurnal Tentang Pendekatan Pembelajaran