-->

Jurnal - Pelaksanaan Asesmen Kooperatif Teknik Berpikir Berpasangan Berempat

Ditulis oleh: Jurnal Pendidikan Inside
Berikut ulasan mengenai contoh jurnal pendidikan, penelitian maupun ilmiah tentang Jurnal - Pelaksanaan Asesmen Kooperatif Teknik Berpikir Berpasangan Berempat, yang dapat kalian download dalam bentuk word (doc) maupun pdf dan dapat kalian jadikan acuan untuk membuat jurnal. Silahkan disimak!

Abstract: Implementation Of Cooperative Asessment & Think Pair Share/Square Teknique for Increasing Speaking Skill at Elementary School. The purposes of research were: (1) to know that implementation of cooperative asessment & think pair share/square teknique can increase students speaking skill , and (2) describing how learn with implementation of cooperative asessment & think pair share/square teknique can increase students speaking skill. This research is Classroom Action Research (CAR). Actions observational procedure as planning, action, observation, and reflection. The research is performed in three cycles. It uses test, Observation Sheet, and open questionnaires as instrument research. In action research the term form triangulation has also been applied to the bringing together of data from multiple perspective. It’s result points out that Cooperative Asessment & Think Pair Share/Square Teknique can increase speaking sikll at elementary school.Keyword: Asessment, Think Pair Teknique, Speaking.

Abstrak: Pelaksanaan Asesmen Kooperatif & Teknik Berpikir Berpasangan Berempat dalam Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa SD. Tujuan penelitian yaitu: (1) Meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan pelaksanaan asesmen kooperatif & teknik berpikir berpasangan berempat; (2) Mendeskripsikan pelaksanaannya. Penelitian ini diadakan di SDN 2 Gunungsari, menggunakan PTK dengan subjek penelitian siswa kelas V. Pelaksanaan tindakan dalam tiga siklus. Prosedur penelitian berupa perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Instrumen penelitian berupa tes, angket, lembar observasi, dan pedoman wawancara. Uji validitas data menggunakan trianggulasi data dan teori. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif dan FGD. Hasilnya: (1) Asesmen kooperatif & teknik berpikir berpasangan berempat dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa SD; (2) Pelaksanaannya yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara apabila dilakukan dengan tahapan: (a) Memberi nilai individual awal; (b) Merata-rata nilai individual awal menjadi nilai kelompok awal; (c) Mencari nilai individual (tes berbicara); (d) Mengolah nilai individual menggunakan asesmen kooperatif untuk menjadi nilai kelompok.
Kata Kunci: Asesmen, Teknik Berpikir Berpasangan, Berbicara


PENDAHULUAN

Keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan keterampilan itu, seorang dapat mengungkapkan ide, pikiran dan perasaan kepada orang lain melalui bahasa lisan. Hal ini sangat penting mengingat bahasa lisan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, keterampilan berbicara sangat dibutuhkan. Hal ini disebabkan manusia adalah mahluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial yang sangat membutuhkan keberadaan orang lain. Keterampilan berbicara menjadi sarana yang tepat untuk membaur dengan kehidupan sosial di masyarakat. Bagi anak-anak usia sekolah dasar, keterampilan berbicara tentu saja masih terbatas dan sederhana sehingga memerlukan pembinaan dan pelatihan.

Keterampilan berbicara anak sekolah dasar masih terbatas dan sederhana. Mereka tidak dituntut untuk bisa berbicara secara panjang tetapi konsepkonsep dasar berbicara yang harus ditanamkan sejak dini. Pemerolehan bahasa yang menjadi dasar bagi keterampilan berbicara akan selalu berkembang sesuai dengan pengalaman yang akan terus diperoleh anak. Sejak dini anak-anak sudah diajari untuk berbahasa secara lisan mulai dari menirukan bunyi-bunyi sederhana mama  atau pa-pa, menirukan bunyi yang kompleks sampai menggunakan bahasa untuk berkomunikasi secara langsung. Sayangnya proses pembelajaran ini seolah-olah terhenti ketika anak mulai memasuki dunia pendidikan formal. Siswa dipaksa mengkontruksi ulang sebagian besar keterampilan berbahasanya dengan bahasa yang baru. Bahasa tersebut sering tidak digunakan dalam kehidupan seharihari sehingga sangat menghambat proses rekontruksi.

Kondisi ini sering dialami oleh siswa-siswa yang tidak menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu (bahasa yang pertama diperoleh anak).  Walaupun demikian bahasa Indonesia di seluruh sekolah-sekolah formal di Indonesia merupakan hal yang wajib dilakukan mengingat fungsi utamanya sebagai alat komunikasi sekaligus alat pemersatu bangsa. Oleh karena itu pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar hendaknya mendapatkan prioritas khusus secara kuantitas dan kualitas sehingga mendorong anak untuk bisa, berani, dan lancar berbicara menggunakan bahasa Indonesia.

Berdasarkan hasil pengamatan, kenyataanya banyak siswa sekolah dasar yang tidak lancar berbicara. Mereka merasa enggan, sungkan, malu untuk menyampaikan ide, gagasan, dan pendapat secara lisan. Hal ini terjadi karena guru lupa akan hakikat utama fungsi bahasa sebagi alat komunikasi. Sebagian guru menganggap bahasa adalah sebuah mata pelajaran yang harus diajarkan dan dihafalkan siswa. Guru jarang mengarahkan siswa untuk belajar berkomunikasi secara langsung.

Upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa selama ini kurang maksimal. Berdasarkan observasi pendahuluan guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional. Sebagian besar guru di SDN Gunungsari masih menggunakan metode ceramah sebagai metode utama dan terkadang satu-satunya. Guru masih bertindak sebagai sumber belajar utama dan menjadi pusat pembelajaran. Hal ini tentu saja kurang sesuai dengan teori-teori pembelajaran inovatif yang menghendaki keterlibatan siswa yang lebih besar dalam pembelajaran. Selain itu sebagian besar guru di SDN 2 Gunungsari, Kecamatan Karanggayam sering mempegunakan pola asesmen yang terkadang kurang tepat dan kurang sesuai dengan aspek pembelajaran yang sedang dikaji. Penilaian keterampilan berbicara selama ini menggunakan penilaian tampilan tanpa melakukan penilaian terhadap pelaksanaan proses pembelajaran.

Hal tersebut di atas menjadi dasar yang melatarbelakangi penulis untuk menerapkan pola pembelajaran yang menyeimbangkan penggunaan bahasa tulis dan bahasa lisan secara sinergi dan seimbang. Hal ini bukan berarti porsi penggunaan bahasa tulis dan bahasa lisan harus sama tetapi saling melengkapi. Oleh karena itu, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa yang mendorong anak untuk belajar berbicara.  Pelaksanaan asesmen kooperatif sangat tepat dilakukan dalam rangka peningkatan keterampilan berbicara siswa. Alasannya, melaksanakan asesmen kooperatif berarti juga melaksanakan pembelajaran kooperatif. Pada asesmen kooperatif terdapat kerjasama dan saling ketergantungan positif antaranggota kelompok. Kerjasama dan ketergantungan positif antaranggota kelompok merupakan pokok dari pembelajaran kooperatif.

Selanjutnya hal tersebut di atas akan menimbulkan terjadinya komunikasi antaranggota kelompok. Komunikasi antaranggota kelompok akan meningkatkan keterampilan berbicara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud, 1984/1985) memberikan pengertian berbicara secara umum suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Haryadi & Zamzani, 1996/1997: 54). Kemudian Akhadiah, Arsjad, Ridwan, Zulfahnur, dan Mukti berpendapat, ”Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan” (1992/1993: 153). Sedangkan Haryadi dan Zamzani (mengutip simpulan Tarigan, 1983) bahwa berbicara merupakan kemampuan dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (1996/1997: 54).

Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial memerlukan hubungan dan kerjasama dengan manusia lainnya. Hubungan dengan manusia lainnya itu antara lain berupa penyampaian isi pikiran dan perasaan, penyampaian informasi, gagasan, serta pendapat dengan suatu tujuan. Isi pikiran dan perasaan, informasi, ide gagasan dalam tulisan ini selanjutnya disebut pesan.

Dalam menyampaikan pesan, seseorang menggunakan media atau alat, yaitu bahasa, dalam hal ini ragam bahasa lisan. Seseorang yang menyampaikan pesan tersebut mengharap agar penerima pesan dapat mengerti atau memahaminya. Apabila isi pesan itu dapat diketahui, maka akan terjadi komunikasi antara pemberi pesan dengan penerima pesan. Komunikasi itu akhirnya akan menimbulkan pengertian atau pemahaman terhadap isi pesan (Akhadiah dkk, 1992/1993).

Kemudian Djuanda menyatakan (mengutip Depdiknas di dalam ramburambu KBK, 2003) tersurat bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi. Komunikasi yang dimaksud ialah suatu proses penyampaian maksud kepada orang lain dengan menggunakan saluran tertentu, maksudnya komunikasi dapat juga berupa pengungkapan pikiran, gagasan, ide, pendapat, persetujuan, keinginan penyampaian informasi suatu peristiwa. Hal itu disampaikan dalam aspek kebahasan berupa kata, kalimat, paragraf (komunikasi tulis) atau paraton (komunikasi lisan), ejaan dan tanda baca dalam bahasa tulis, serta unsur unsur prosodi (intonasi, nada, irama, tekanan, dan tempo) dalam bahasa lisan (2006: 33).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara yaitu keterampilan seseorang untuk dapat menyampaikan maksud (ide, pikiran, isi hati), pesan, dan pendapat melalui bahasa lisan sehingga dapat dipahami oleh orang lain dalam bentuk komunikasi.Mengenai pelaksanaan asesmen kooperatif, Lie (2009) berpendapat, “Dalam asesmen kooperatif siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok. Siswa bekerja sama dengan metode ooperatif. Mereka saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk tes. Kemudian, masing-masing mengerjakan tes sendiri-sendiri dan mendapatkan nilai pribadi” (hlm. 88).

Dalam penelitian ini penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: (1) Apakah asesmen dalam pembelajaran kooperatif teknik berpikir berpasangan berempat dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN 2 Gunungsari tahun ajaran 2011/2012? (2) Bagaimanakah pelaksanaan asesmen dalam pembelajaran kooperatif teknik berpikir berpasangan berempat dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN 2 Gunungsari tahun 2011/2012?

Dalam penelitian ini penulis bertujuan yaitu: (1) Meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan pelaksanaan asesmen kooperatif & teknik berpikir berpasangan berempat siswa kelas V di SDN 2 Gunungsari, Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen tahun ajaran 2011/2012. (2) Mendeskripsikan pelaksanaan asesmen koopertif & teknik berpikir berpasangan berempat dalam upaya pe-ningkatan keterampilan berbicara siswa kelas V di SDN 2 Gunungsari, Kec. Karanggayam, Kabupaten Kebumen tahun 2011/2012.

# # # # # # #

Untuk membaca lebih lanjut mengenai jurnal ini silahkan klik link dibawah ini:
Download Link:

Download Jurnal - Pelaksanaan Asesmen Kooperatif Teknik Berpikir Berpasangan Berempat

Sekian artikel mengenai Jurnal - Pelaksanaan Asesmen Kooperatif Teknik Berpikir Berpasangan Berempat, yang dapat kalian jadikan acuan untuk membuat jurnal.
Lihat juga:
Download Contoh Jurnal Tentang Strategi Pembelajaran