-->

Jurnal - Hubungan Kemandirian Belajar Dan Interaksi Edukatif Dengan Hasil Belajar IPS

Ditulis oleh: Jurnal Pendidikan Inside
Berikut ulasan mengenai contoh jurnal pendidikan, penelitian maupun ilmiah tentang Jurnal - Hubungan Kemandirian Belajar Dan Interaksi Edukatif Dengan Hasil Belajar IPS, yang dapat kalian download dalam bentuk word (doc) maupun pdf dan dapat kalian jadikan acuan untuk membuat jurnal. Silahkan disimak!

Abstract: Relevance learner autonomy and educative interaction with student’s learning out come in Social Studies. This research has purpose to be know the relationship positive and significant between learner autonomy and educative interaction together with student’s learning out come in Social Studies. This research constitute quantitative research type correlation character uses expostfacto method. Analysis of the data used is multiple regression analysis and calculation of correlation coefficients. From this research we can conclude: (1) there is a relationship positive and significany between learner autonomy with student’s learning out come in Social Studies; (2) there is relationship positive and significant between educative interaction with student’s learning out come in Social Studies; (3) there is relationship positive and significant between learner autonomy and educative interaction together with student’s learning out come in Social Studies. Keywords: Learner Autonomy, Educative Interaction, Student’s Learning Out Come in Social Studies

Abstrak: Hubungan kemandirian belajar dan interaksi edukatif dengan hasil belajar IPS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif dan signifikan antara kemandirian belajar dan interaksi edukatif secara bersama-sama dengan hasil belajar IPS. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif bersifat korelasional dengan metode expost facto. Analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi ganda dan perhitungan koefisien korelasi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) ada hubungan positif dan signifikan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar IPS; (2) ada hubungan positif dan signifikan antara interaksi edukatif dengan hasil belajar IPS; (3) ada hubungan positif dan signifikan antara kemandirian belajar dan interaksi edukatif secara bersama-sama dengan hasil belajar IPS.
Kata Kunci : Kemandirian Belajar, Interaksi Edukatif, dan Hasil Belajar IPS


PENDAHULUAN

Penyelenggaraan pendidikan memuat mata pelajaran beserta standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dipelajari oleh siswa. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi terdapat sembilan mata pelajaran yang dipelajari pada jenjang pendidikan dasar. Kesembilan mata pelajaran tersebut yaitu Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) dan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Melalui sembilan mata pelajaran tersebut, diharapkan tujuan Pendidikan Nasional dapat tercapai.

Salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar adalah IPS. Menurut Sumaatmadja (2003), “IPS tidak lain adalah mata pelajaran atau mata kuliah yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang ilmuilmu sosial dan humaniora” (hlm 1.9). Sedangkan pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut Trianto (2007), “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hokum dan budaya. Ilmu Pengetahuan sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial dan mewujudkan satu pendekatan interdisipliner, dari berbagai aspek cabang-cabang ilmu sosial” (hlm 122).

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang  mempelajari kehidupan sosial manusia dalam berbagai kajian seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, dan politik. Materi pelajaran IPS tersebut berhubungan dengan masyarakat dan akhirnya, akan diterapkan di kehidupan bermasyarakat. Keberhasilan guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPS dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Sudjana (1992) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa atau mahasiswa setelah ia menerima pengalaman belajar (Padmono, 2009: 26). Sedangkan, menurut Hamalik (2006),“Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti” (hlm 30).

Dari pendapat tersebut, diketahui bahwa dengan belajar maka akan terjadi perubahan kemampuan dan perilaku. Dengan adanya perubahan kemampuan siswa sebelum belajar dengan sesudah belajar merupakan hasil belajar yang diperoleh siswa. Perubahan kemampuan dan perilaku pada penyelenggaraan pembelajaran dinyatakan menggunakan teori Taksonomi Bloom dari Benjamin Bloom (1956) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor (Sagala, 2010: 33-34). Ranah kognitif, afektif, dan psikomotor merupakan satu kesatuan yang tidak terpisah, karena perkembangan siswa terjadi secara menyeluruh (holistik). Aspek perkembangan satu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek perkembangan lainnya.

Kenyataan di lapangan menunjukkan pelaksanaan pembelajaran IPS belum dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan. Hal tersebut terbukti dengan adanya beberapa siswa yang memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM pelajaran IPS masingmasing SD berbeda. Dari Data UPT Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Purworejo tentang hasil Ulangan Akhir Semester 1 tahun pelajaran 2012/2013 pelajaran IPS kelas IV diketahui bahwa SD Negeri Mudal KKM untuk pelajaran IPS adalah 65. Hasil ulangan semester 1 dari 26 siswa di SD Negeri Mudal terdapat 10 siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM.

Data di UPT Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Purworejo menunjukkan di SD Negeri 2 Pangenrejo, nilai rata-rata kelas IV untuk hasil ulangan semester 1 pelajaran IPS yaitu 57,8 sedangkan KKM pelajaran IPS di SD tersebut yaitu 61. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas SD Negeri 2 Pangenrejo di bawah KKM yang ditentukan. Rendahnya hasil belajar tersebut, menjadi hal yang mengecewakan bagi pihak sekolah dan wali murid. Pencapaian hasil belajar IPS siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalyono (2009), menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar, yaitu “faktor internal dan faktor eksternal” (hlm 55-60). Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) meliputi: kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, kemandirian, serta cara belajar. Sedangkan faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa) terdiri atas: keluarga, sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar.

Kemandirian belajar merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan  belajar siswa. Tahar dan Enceng (2006) berpendapat bahwa, “Kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang dilakukan oleh seseorang dengan kebebasannya dalam menentukan dan mengelola sendiri bahan ajar, waktu, tempat, dan memanfaatkan sumber belajar yang diperlukan” (hlm 93). Dengan kebebasan tersebut, siswa akan memiliki rasa tanggung jawab atas segala sesuatu yang telah ia putuskan.  Sedangkan Pengertian kemandirian belajar (self-direction in learning) menurut Khosun (2011), “diartikan sebagai sifat dan sikap serta kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang dijumpainya di dunia nyata”.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah kegiatan belajar yang dilakukan dengan sadar tanpa paksaan orang lain dan disertai adanya tanggung jawab untuk mencapai tujuan tertentu. Desmita (2009) menyatakan “Dalam konteks proses belajar, terlihat adanya fenomena peserta didik yang kurang mandiri dalam belajar, yang dapat menimbulkan gangguan mental setelah memasuki pendidikan lanjutan, kebiasaan belajar yang kurang baik (seperti tidak betah belajar lama atau belajar hanya menjelang ujian, membolos, dan menyontek)” (hlm. 189). Kebiasaan belajar yang kurang baik tersebut dimiliki oleh beberapa siswa SD di Kecamatan Purworejo.

Kamis, 22 November 2012 peneliti melakukan kegiatan wawancara dengan guru kelas IV SD tentang kemandirian belajar. Siti Sundari selaku wali kelas IV SD Negeri 2 Mranti menyatakan bahwa, “Di SD Negeri 2 Mranti terdapat siswa yang tidak masuk sekolah tanpa izin dan siswa yang lupa mengerjakan PR”. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Abdul Mutholib, S.Pd selaku wali kelas IV SD Negeri 2 Cangkreplor yang menyatakan, “Di SD Negeri 2 Cangkreplor terdapat siswa yang lupa mengerjakan tugas dari guru dan membuat gaduh kelas ketika proses belajar mengajar”. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa kemandirian belajar siswa dalam kategori rendah.

Selain kemandirian belajar, interaksi edukatif juga mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa. Interaksi edukatif merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Interaksi yang terjadi pada proses belajar mengajar bernilai edukatif karena kegiatan mengajar yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rohani (2004),“Suatu interaksi dikatakan bersifat edukatif bukan semata ditentukan oleh bentuknya melainkan oleh tujuan interaksi itu sendiri, maka setiap hubungan antara guru dan siswa tidak selalu berlangsung secara edukatif. Sudah tentu tujuan interaksi harus bersifat edukatif pula, sedangkan pencapaiannya dilaksanakan dalam proses belajar mengajar (pengajaran)” (hlm 93-94).

Menurut Sardiman (2011), “Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu, interaksi edukatif perlu dibedakan dari bentuk interaksi yang lain. Dalam arti yang lebih spesifik pada bidang pengajaran, dikenal adanya istilah interaksi belajar mengajar. Dengan kata lain, apa yang dinamakan interaksi edukatif, secara khusus sebagai interaksi belajar mengajar (hlm 1). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan interaksi edukatif yaitu interaksi yang berlangsung dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran telah ditentukan oleh guru. Salah satu kegiatan dalam pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa untuk saling berinteraksi adalah kegiatan diskusi. Beberapa SD di Kecamatan Purworejo telah melaksanakan pembelajaran dengan metode diskusi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga guru kelas IV di SD Kecamatan Purworejo diketahui bahwa beberapa siswa SD di Kecamatan Purworejo masih pasif dalam melakukan diskusi. Guru kelas IV SDN 2 Cangkreplor menyatakan, “ siswa yang aktif ketika diskusi sekitar 20 siswa dari 28 siswa kelas IV”. Guru kelas IV SDN Kliwonan menyatakan, “sekitar 25 siswa dari 39 siswa kelas IV yang memiliki keaktifan ketika kegiatan diskusi dilaksanakan”. Sedangkan guru kelas IV SDN 2 Mranti menyatakan, “sekitar 29 siswa dari 43 siswa kelas IV yang memiliki keaktifan ketika kegiatan diskusi”. Dari tiga pernyataan guru kelas IV SD yang diperoleh melalui kegiatan wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa presentase keaktifan siswa kelas IV ketika kegiatan diskusi antara 60%-70%. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan interaksi edukatif antar siswa.

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu (1) apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD se-Kecamatan Purworejo?; (2) apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara interaksi edukatif dengan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD seKecamatan Purworejo?; (3) apakah ada hubungan yang positif dan signifikan antara kemandirian belajar dan interaksi edukatif secara bersama-sama dengan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD seKecamatan Purworejo?

Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah: (1)untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara kemandirian belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD seKecamatan Purworejo; (2) untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara interaksi edukatif dengan hasil belajar IPS siswa
kelas IV SD se-Kecamatan Purworejo; (3) untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara kemandirian belajar dan interaksi edukatif secara bersama-sama dengan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD se-Kecamatan Purworejo.

# # # # # # #

Untuk membaca lebih lanjut mengenai jurnal ini silahkan klik link dibawah ini:
Download Link:

Download Jurnal - Hubungan Kemandirian Belajar Dan Interaksi Edukatif Dengan Hasil Belajar IPS

Sekian artikel mengenai Jurnal - Hubungan Kemandirian Belajar Dan Interaksi Edukatif Dengan Hasil Belajar IPS, yang dapat kalian jadikan acuan untuk membuat jurnal.
Lihat juga:
Download Contoh Jurnal IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)