Abstract : The Using Construktivism Method In Improving Result Of Teaching Mathematics Geometry Learning For Fourth Grade Level. The objective of this research are: 1. Improving the result of teaching learning activity in Mathematics geometry lesson for fourth grade level of elementary school in 20011/2012 academic year. 2. Understanding the obstacle and finding the solution/way out in using construktivism method in improving the result of teaching learning activity in 2011/2012 academic year. This study is a classroom action research method was implemented in three cycles and eachconsisting of four stages, namely the planning stage, the action stage, the stage of observation and reflection phase. Data source are from teacher and students. The results showed that the use of construktivism method can improve student learning result in mathematics learning. It can be seen with increasing student learning result in each cycle. The initial value average – the average grade is 52. After the first cycle of action increased to 63,2 and the second cycle of action increased to 80. While the third cycle increased to 90.
Key word: Constructivism, geometry
Abstrak : Penggunaan Pendekatan Konstruktivisme Dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Iv Materi Bangun Ruang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi tentang : (1) Penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD tahun pelajaran 2011/2012, (2) Mengetahui kendala dan solusi penggunaan pendekatan konstruktivisme dalam peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SD tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam tiga siklus dan setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu tahap perencanaa, tahap tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika yaitu dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus. Pada nilai awal diperoleh nilai rata-rata kelas yaitu 52. Setelah dilakukan tindakan siklus I terjadi peningkatan menjadi 63,2 dan dengan tindakan siklus II terjadi peningkatan kembali menjadi 80, sedangkan pada siklus III terjadi peningkatan kembali menjadi 90.
Kata kunci: Konstruktivisme, Bangun ruang
Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menyiapkan siswa menghadapi masa yang akan datang. Pendidikan berperan penting dalam mempersiapkan siswa menghadapi berbagai tantangan hidup di masa yang akan datang. Saat ini dunia pendidikan telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, jika pendidikan di Indonesia tidak ditingkatkan mutu dan kualitasnya maka pendidikan di Indonesia akan tertinggal dengan pendidikan di Negara lain.
Upaya pembaharuan dunia pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, guru sebagai pelaksana pembelajaran juga memegang peran besar dalam memajukan pendidikan. Bahkan kemajuan dunia pendidikan bisa dikatakan tergantung kepada seorang guru dalam mendidik anak didiknya agar menjadi seseorang yang kompeten dan kreatif.
Seorang guru perlu merancang dan melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan siswanya untuk mengkonstruksi pemikirannya sendiri untuk menemukan konsep pembelajaran, serta mengetahui untuk apa konsep itu dipelajari. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pemikirannya sendiri agar lebih aktif, kreatif, menumbuhkan kesan bermakna dan menarik bagi siswa, sehingga kualitas belajar yang diharapkan dalam pembelajaran dapat tercapai.
Terutama pada mata pelajaran Matematika yang selama ini dianggap sebagai mata pelajaran yang sangat sulit sehingga ditakuti oleh sebagian besar siswa. Seorang guru hendaknya memberi kesan yang menyenangkan bagi siswanya dalam mempelajari matematika yang selama ini dianggap sebagai mata pelajaran yang sangat menakutkan. Kesan matematika dikalangan siswa sebagai mata pelajaran yang sangat sulit hendaknya dapat digantikan dengan kesan yang menyenangkan dan menarik.
Pembelajaran matematika bukan hanya berhubungan dengan angka dan operasi hitung bilangan, melainkan juga terdapat pembelajaran yang berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-hari, sehingga proses pembelajarannya bukan hanya penguasaan operasi hitung bilangan, tetapi juga merupakan proses penemuan. Pendidikan matematika diharapkan dapat menjadi suatu wahana bagi siswa untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan kondisi kehidupan lingkungan hidup mereka. Pengembangan pendidikan matematika dapat diterapkan lebih lanjut didalam kehidupan sehari-hari yang dapat bermanfaat untuk kehidupan bermasyarakat.
Salah satu materi matematika yang terdapat dalam sekolah dasar kelas IV adalah materi bangun ruang sederhana. Materi tersebut sangat dekat hubungannya dengan benda-benda yang sering ditemui oleh siswa dalam kehidupan mereka sehari-hari, untuk itu penyampaian materi harus lebih berkesan dan menarik agar siswa lebih memahami penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari dan bukan bersifat hafalan konsep saja.
Pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika materi bangun ruang sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa dalam memahami konsep dan prinsip bangun ruang disekolah dasar adalah salah satunya dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme. Daniel Muijs dan David Reynolds (2008: 97) mengemukakan bahwa “Di dalam pendidikan, ide-ide konstruktivis sebagai berarti bahwa “semua pelajar benar-benar mengkonstruksikan pengetahuan untuk dirinya sendiri, dan bukan pengetahuan yang datang dari guru “diserap” oleh murid”. Hal ini berarti di dalam pembelajaran siswa menggunakan pengetahuannya sendiri yang kemudian dikonstruksikan kedalam pembelajaran, pengetahuan yang didapat oleh siswa bukan berasal dari seorang guru.
Pendekatan konstruktivisme akan menciptakan siswa menjadi lebih aktif dalam memahami materi yang diberikan, sehingga pengalaman belajar siswa akan bertambah sesuai dengan apa yang mereka lakukan dalam proses belajarnya. Proses pembelajaran melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang perlu dilakukan siswa untuk memperoleh kualitas belajar yang lebih baik.
Pendekatan konstruktivisme dapat menjadikan siswa lebih mudah memahami konsep, dalam pembelajaran bangun ruang diharapkan siswa akan memahami konsep bangun ruang secara utuh dari pengetahuan riil menuju pengetahuan secara abstrak. Pengetahuan siswa mengenai sifat-sifat bangun ruang sederhana yang didapatkan akan berupa pengalaman yang didapatkan sendiri dari proses eksplorasi dengan menggunakan bahan riil yang mereka gunakan dalam kegiatan eksplorasi. Sehingga ketika mereka dihadapkan pada gambar abstrak bangun ruang, mereka telah mengetahui dengan tepat sifat-sifat bangun ruang tersebut dan dapat menunjukkan sifat-sifat bangun ruang tersebut dengan tepat.
Penggunaan bahan riil yang sesuai dengan pengalaman siswa akan mempermudah siswa untuk memahami konsep-konsep sifat bangun ruang, sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan akan teringat dalam waktu yang lama. Sehingga siswa akan lebih mudah menyelesaikan permasalahan yang mungkin akan mereka hadapi dalam kehidupan mereka di masa yang akan datang.
Namum pada kenyataan yang ditemui pada saat pengamatan pembelajaran matematika di kelas IV ditemukan permasalahan pada saat pembelajaran bangun ruang berlangsung. Pembelajaran masih terpusat pada guru dan guru hanya menggunakan metode ceramah selama pembelajaran, sehingga siswa hanya menjadi pendengar yang baik dan pengetahuan yang mereka dapatkan hanyalah pengetahuan yang ditransfer dari seorang guru sehingga konsep yang didapatkan bersifat hayalan saja bukan hasil dari pemikiran mereka sendiri.
Berdasarkan karakteristik yang dikemukakan oleh Basett (dalam Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001: 11) bahwa karakteristik anak sekolah dasar meliputi (1) mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang sangat kuat dan tertarik dengan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri; (2) mereka senang bermain dan lebih suka bergembira; (3) mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencoba usaha-usaha baru; (4) mereka biasanya tergetar hatinya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan; (5) mereka belajar dengan efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi; (6) mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya.
James dan James (dalam Ruseffendi, 1992: 27) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep saling berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Wahyudin (2007) menyatakan bahwa bangun ruang adalah suatu bangun yang bagian-bagiannya tidak berada dalam suatu bidang. Bangun ruang ada yang bentuknya teratur dan ada yang tidak teratur. Bangun ruang yang bentuknya teratur pada umumnya sudah memiliki nama, misalnya kubus, balok, tabung, bola, limas, prisma, kerucut.
Langkah-langkah penerapan pendekatan konstruktivisme:
a) Fase start, dalam fase ini guru memungkinkan ingin mulai dengan mengukur pengetahuan siswa sebelumnya dan menetapkan sebagai kegiatan. Guru dapat memulai dengan pertanyaan terbuka, lalu mendorong siswa untuk memberikan jawaban-jawaban terbuka. Sebagai alternatif adalah mulai dengan sebuah masalah yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, sebagai contoh pertanyaan seputar benda yang berupa bangun ruang yang sering dijumpai siswa.
b) Fase eksplorasi, dalam fase ini siswa mengerjakan kegiatan yang ditetapkan guru di fase 1. Kegiatan ini biasanya bersifat eksploratik, melibatkan situasi atau bahan riil, dan memberikan kesempatan untuk kerja kelompok, sebagai contoh siswa bereksplorasi mencari tahu pengertian bangun ruang menggunakan bahan riil bangun ruang
c) Fase refleksi, dalam fase ini mungkin diminta untuk menengok kembali kegiatan itu dan menganalisis serta mendiskusikan apa yang telah mereka kerjakan, baik dengan kelompok lain atau dengan guru. Sebagai contoh siswa mendiskusikan pengertian bangun ruang dari hasil eksplorasi yang telah mereka lakukan secara berkelompok
d) Fase aplikasi dan diskusi, dalam fase ini guru meminta seluruh siswa untuk mendiskusikan berbagai temuan dan menarik kesimpulan. Sebagai contoh siswa mendiskusikan pengertian bangun ruang dan menarik kesimpulan pengertian bangun ruang.
Pendekatan konstruktivisme akan lebih efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual, oleh karena itu pendekatan konstruktivisme harus tersusun menurut urutan yang logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya sebelum pembelajaran dilaksanakan, siswa terlebih dahulu harus mengamati benda-benda yang ada di lingkungan hidup sehari-hari. Alasannya agar siswa dapat menciptakan kembali konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan mampu mengkonstruksinya. Dengan demikian, keberhasilan anak dalam belajar bangun ruang menggunakan pendekatan konstruktivisme adalah suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang belum paham terhadap pembelajaran bangun ruang yang sedang dipelajari menjadi paham dan mengerti.
# # # # # # #
Untuk membaca lebih lanjut mengenai Jurnal ini silahkan klik link dibawah ini:
Download Link:
Download Jurnal - Penggunaan Pendekatan Konstruktivisme Dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika
Sekian artikel dari Jurnal Pendidikan Inside mengenai Jurnal - Penggunaan Pendekatan Konstruktivisme Dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika, yang dapat kalian jadikan acuan untuk membuat Jurnal.
Lihat juga:
Download Contoh Jurnal Matematika
Download Contoh Jurnal Tentang Pendekatan Pembelajaran