-->

Jurnal - Penggunaan Metode Inkuiri Dengan Media Pancagram Dalam Peningkatan Pembelajaran

Ditulis oleh: Jurnal Pendidikan Inside
Berikut ulasan mengenai Jurnal - Penggunaan Metode Inkuiri Dengan Media Pancagram Dalam Peningkatan Pembelajaran, yang dapat kalian jadikan acuan untuk membuat Jurnal. Silahkan disimak!

Abstrak: Penggunaan Metode Inkuiri dengan Media Pancagram dalam Peningkatan Pembelajaran Bangun Datar. Tujuan penelitian ini adalah untuk dapat meningkatkan pemahaman matematika khususnya bangun datar di Sekolah Dasar. Penelitian ini menggunakan teknik Penelitian Tindakan Kelas. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan Metode Inkuiri dengan Media Pancagram dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran matematika materi bangun datar di Sekolah Dasar.
Kata Kunci: Metode, media, inkuiri, matematika, pancagram.

Abstract: The Using Inquiri method with Pancagram Media in Increasing Mathematic Learning About Flat Shape. The purpose of this research is increasing mastery mathematic aboaut flat shape. This research is classroom action research. The result of the research is Inquiri method with Pancagram media can increase mathematic learning at Elementary School.
Keyword: Method, media, inkuiri, mathematics, pancagram.


PENDAHULUAN

Pada hakikatnya anak akan tertarik pada hal yang disukainya serta berminat pada hal yang dikuasainya. Anak akan merasa senang terhadap kegiatan belajar apabila anak tertarik dan merasa nyaman dalam kegiatan belajar tersebut. Maka dari itu, menjadi tugas guru dan tanggung jawab guru untuk menciptakan kegiatan belajar yang sesuai dengan karakter siswa, memberikan minat belajar, memberikan rasa nyaman serta menyenangkan sehingga siswa tertarik ter-hadap kegiatan belajar.

Berawal dari ketertarikan siswa dalam kegiatan belajar, diharapkan tujuan pembelajaran akan dapat tercapai secara optimal. Pembelajaran yang optimal tercapai jika pembelajaran memberikan pengaruh positif dalam perkembangan kognitif siswa yang salah satunya dapat diketahui dari peningkatan hasil belajar, perkembangan sosial emosional serta fisik siswa, dan dapat menemukan yang selanjutnya dapat me-nyalurkan minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa.

Sebagian besar masyarakat berang-gapan bahwa salah satu mata pelajaran yang menjadi tolak ukur kepandaian dan ke-cerdasan anak dalam belajar adalah mata pelajaran matematika, namun dalam ke-nyataannya, mata pelajaran Matematika sering menjadi mata pelajaran yang ditakuti dan dihindari oleh sebagian besar anak karena dianggap mata pelajaran yang paling sulit dibanding mata pelajaran lain yang ada di Sekolah Dasar.

Matematika merupakan ilmu yang bersifat abstrak, oleh karena itu dalam pembelajarannya memerlukan sesuatu yang konkret. Hal ini sesuai pendapat Jean Piaget (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 34) bahwa tahap operasional konkret berada pada usia 7-11 tahun. Kemudian Bruner (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 34) ber-pendapat bahwa ada tiga tingkatan per-kembangan mental peserta didik (1) enactive yaitu tahap dalam proses belajar yang di-tandai oleh manipulasi secara langsung objek-objek berupa benda atau peristiwa konkret; (2) iconic, yaitu tahap yang ditandai oleh penggunaan perumpamaan atau tamsilan (imagery) atau dapat dikatakan manipulasi objek tidak langsung (3) symbolic, yaitu tahap manipulasi symbol tahap ini ditandai oleh penggunaan symbol dalam proses belajar. Sesuai pendapat tersebut, siswa SD berada pada tahap enactive, sehingga pem-belajaran Matematika harus dibelajarkan secara langsung dengan sesuatu yang konkret. Media akan mempermudah siswa dalam pembelajaran, karena akan menjembatani siswa dalam belajar dari se-suatu yang konkret ke abstrak. Dalam penggunaan media, guru harus dapat meng-gunakan media pembelajaran secara tepat, karena penggunaan media yang benar akan menentukan keberhasilan dalam pem-belajaran. Namun, terkadang guru kurang tepat dalam menggunakan media pem-belajaran sehingga pembelajaran menjadi kurang maksimal.

Berdasarkan judul jurnal maka pembahasan dibatasi pada hal-hal yang berkaitan dengan metode inkuiri dengan media pancagram terhadap pemahaman materi bangun datar. Dari uraian latar belakang masalah tersebut di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah metode inkuiri dengan media pancagram dapat meningkatkan pem-belajaran bangun datar siswa sekolah dasar tahun ajaran 2011/2012?
2. Bagaimana penggunaan metode inkuiri dengan media pancagram dalam peningkatan pembelajaran bangun datar siswa sekolah dasar tahun ajaran 2011/2012?
3. Apakah kendala dan solusi penggunaan metode inkuiri dengan media pancagram dalam peningkatan pembelajaran bangun datar siswa sekolah dasar tahun ajaran 2011/2012?

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui keefektifan metode inkuiri dengan media pancagram dalam membantu meningkatkan keterampilan siswa dalam mata pelajaran matematika dengan materi bangun datar di sekolah dasar.

Menurut Sudarwan (dalam Alim Sumarno, 2011), menyatakan “Pembelajaran adalah perpaduan dari dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Proses pembelajaran merupakan proses ke-giatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya”. Menurut Max Darsono (dalam Muhfida, 2011), menyatakan “Pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.”

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan diatas maka kita dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang ditempuh atau dialami oleh setiap siswa dalam usaha yang dilakukannya untuk memperoleh suatu hasil belajar. Siswa akan mengalami suatu proses belajar dalam usahanya untuk dapat memperoleh hasil belajar sesuai dengan apa yang mereka inginkan atau harapkan.

Ciri-ciri pembelajaran adalah ke-giatannya mendukung proses belajar siswa, adanya interaksi antara individu dengan sumber belajar, serta memiliki komponen-komponen tujuan, materi, proses dan evaluasi yang saling berkaitan. Kegiatan pemebelajaran mengacu pada penggunaan pendekatan, strategi, metode, teknik serta media dalam rangka membangun proses belajar untuk membahas materi dan melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.

Pengertian matematika menurut Wahyudi (2008: 3) “Matematika merupakan suatu bahan kajian abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya yang sudah diterima, sehingga kebenaran antar-konsep dalam Matematika bersifat sangat kuat dan jelas.” Julius Hambali dan Iskandar (1991: 113) menyatakan bahwa “Bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun rata yang mempunyai dua dimensi yaitu panjang dan lebar tetapi tidak mempunyai tinggi atau ketebalan.”. Misalnya kertas bidang yang hanya memliki panjang dan lebar tetapi tidak mempunyai ketebalan. Menurut wikipedia bahasa Indonesia (2011), “bangun datar merupakan sebutan bagi bangun-bangun dua dimensi.” Menurut Imam Roji (dalam Ian, 2010) menyatakan bahwa “Bangun datar adalah bagian dari bidang datar yang dibatasi oleh garis-garis lurus atau lengkung”.

Dari ketiga pengertian yang telah disebutkan di atas maka kita dapat menyimpulkan bahwa bangun datar adalah sebuah bangun rata dua dimensi yang memiliki dua unsur yaitu unsur panjang dan lebar atau bangun yang dibatasi oleh garis-garis lurus ataupun garis lengkung pada tiap sisinya.

Masa usia sekolah anak Sekolah Dasar pada umumnya adalah usia 6 atau 7 tahun sampai 8 atau 9 tahun. Menurut Piaget pada usia tersebut anak berada pada masa fase operasional konkret. Kemampuan berfikir anak pada usia tersebut adalah masih bersifat konkret, untuk itu pengajaran sebaiknya direncanakan sedemikian rupa di-sesuaikan dengan perkembangan kecerdasan peserta didik. Kemampuan siswa kelas I tentu berbeda dengan kemampuan kelas II dan juga berbeda dengan kelas III serta kelas yang lain. Anak usia sekolah dasar memiliki sifat khas atau karakter sesuai tahap perkembangan. Masa ini memberi pengaruh yang besar dalam perkembangan selanjutnya. Sebagaimana menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 10), bahwa masa usia sekolah dasar (6-12 tahun) merupakan tahapan perkembangan yang penting dan fundamental. Oleh karena itu guru tidak boleh mengabaikan kehadiran dan ke-pentingan mereka. Guru dituntut untuk dapat memahami arti belajar dan tujuan bagi mereka di Sekolah Dasar. Menurut Basset, Jacka, dan Logan (dalam Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001: 11), karakteristik anak usia sekolah dasar secara umum, yaitu: (1) memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik dengan dunia sekitar, (2) senang bermain dan lebih suka bergembira, (3) suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru, (4) tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan, (5) belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi, (6) belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya.

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Gerlach & Eli (dalam Azhar Arsyad 2010: 3) mengatakan bahwa “media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap.” Gagne (dalam Arief S.Sadiman dkk, 2010: 6) menyatakan bahwa “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.” Bringgs (dalam Arief S. Sadiman, 2010: 6) berpendapat bahwa “media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.” Sedangkan menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/ NEA) memiliki pengertian yang berbeda. “Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca.” Menurut Heinich (dalam Rudi Susilana dan Cepi Riyana, 2009: 6) “media merupakan alat saluran komunikasi. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah “perantara” yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver).”

Berdasarkan pengertian media yang telah dijelaskan diatas, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa media adalah suatu alat yang digunakan oleh pendidik untuk menunjang proses pembelajaran yang akan dilaksanakan guna untuk dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Media merupakan alat penunjang proses kegiatan belajar mengajar yang disiapkan dan dirancang oleh guru guna meningkatkan semangat belajar serta hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru bersama dengan para siswa.

Tangram merupakan permainan yang berasal dari Cina ribuan tahun yang lalu. Jenis tangram yang banyak digunakan di Indonesia adalah pancagram. Tidak hanya di Indonesia tangram sudah dikenal di seluruh dunia, walaupun penemunya tidak diketahui secara pasti. Permainan ini dapat digunakan untuk mengenal bentuk-bentuk bangun geometri datar pada siswa.

Muchtar Abdul Karim, dkk. (2009: 1.29) menyatakan bahwa “Tangram adalah suatu himpunan yang terdiri dari tujuh bangun geometri datar yang dapat dipotong dari suatu persegi.” Bentuk bangun datar yang dipotong tersebut dapat berupa segitiga, persegi, persegi panjang, jajargenjang, trapesium, belah ketupat, dan layang-layang. Pancagram adalah himpunan yang terdiri dari lima bangun geometri datar yang dapat dipotong dari satu persegi.

Nanang Hanifah dan Cucu Suhana (2010: 77) “inkuiri merupakan suatu rangkaian yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya pe-rubahan perilaku.” Pembelajaran metode inkuiri menekankan pengembangan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) anak menurut Piaget di-pengaruhi oleh 4 faktor, yaitu kematangan, tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya, aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain, dan proses penyesuaian anatara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang di-temukannya (Wina Sanjaya, 2006: 198).

Dengan penggunaan metode inkuiri dengan media pancagram ini akan dapat meningkatkan apresiasi siswa terhadap bangun datar dan diharapkan mampu menumbuhkan rasa seni dalam diri siswa. Menurut B. Julius Hambali (1991: 178) Pancagram dibedakan menjadi dua yaitu pancagram A dan pancagram B. Pancagram merupakan himpunan bangun geometri yang terdiri dari lima bangun datar. Sesuai dengan artinya panca yaitu lima. Menurut Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2010: 77) mengemukakan ada tiga macam metode inkuiri yaitu: inkuiri terpimpin, inkuiri bebas, inkuiri bebas yang dimodifikasi.

Keistimewaan pancagram/tangram adalah bangun yang dapat dimainkan dan dibentuk menjadi bangun geometri yng bersifat imajinatif. Bangun-bangun geometri yang terbentuk dari potongan tangram yaitu: segitiga, jajaran genjang, dan persegi adalah bangun-bangun dasar dalam pelajaran geometri. Keistimewaan tangram ini adalah bahwa ketujuh bangun tersebut dapat di bentuk menjadi bangun-bangun geometri lain yang sifatnya imajinatif. Penggunaan metode inkuiri dengan media pancagram dapat mengaktifkan siswa untuk menemukan hal-hal baru dan akan meningkatkan hasil belajar siswa sekolah dasar.

#  #  #  #  #  #  #

Untuk membaca lebih lanjut mengenai Jurnal ini silahkan klik link dibawah ini:
Download Link:

Download Jurnal - Penggunaan Metode Inkuiri Dengan Media Pancagram Dalam Peningkatan Pembelajaran

Sekian artikel dari Jurnal Pendidikan Inside mengenai Jurnal - Penggunaan Metode Inkuiri Dengan Media Pancagram Dalam Peningkatan Pembelajaran, yang dapat kalian jadikan acuan untuk membuat Jurnal.
Lihat juga:
Download Contoh Jurnal Tentang Media Pembelajaran
Download Contoh Jurnal Tentang Metode Pembelajaran