Abstract: Sosiodramatic Method on Social Syudies Learning at Elementary School 4th Grade. This research describe about application of sosiodramatic method on social studies learning at elementary school 4th grade. Classrom Action Research (CAR) was conducted in three cycles, each of which involved planning, implementing, observing, and reflecting. The result of the research showed that sosiodramatic method can increase the quality of learning, student activity, process skills, and understanding of the material being studied that is social problems.
Key Word: sosiodramatic method, social studies, learning
Abstrak: Metode Sosiodrama dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar Kelas IV. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode sosiodrama dalam pembelajaran IPS di SD kelas IV. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus, masing-masing siklus mencakup tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode sosiodrama yang diterapkan dengan langkah-langkah yang benar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, keaktifan siswa, keterampilan proses, serta pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari, yaitu materi permasalahan sosial.
Kata Kunci: metode sosiodrama, pembelajaran IPS
PENDAHULUAN
Sebagai tenaga pendidik yang profesional, guru dituntut memahami materi dengan baik untuk kemudian dapat menyampaikan dan terserap dengan baik oleh para siswa-nya. Pengelolaan kelas yang baik diperlu-kan untuk menunjang proses kegiatan be-lajar mengajar. Selain itu, penggunaan media pembelajaran dan metode pem-belajaran juga sangat menentukan dalam upaya penyampaian materi pelajaran agar dapat terserap dengan baik oleh siswa.
Dalam kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran IPS seringkali terdapat permasalahan pembelajaran yang muncul karena proses pembelajaran yang kurang mengaktifkan siswa, serta faktor guru yang masih belum sepenuhnya mengguna-kan metode pembelajaran yang sesuai de-ngan materi yang akan diajarkan pada siswa. Akibat proses pembelajaran yang kurang mengaktifkan siswa dan pengguna-an metode yang kurang tepat, siswa men-jadi jenuh, tidak antusias dalam belajar, bermain-main sendiri, meremehkan guru, dan berbicara sendiri sehingga materi pe-lajaran tidak terserap dengan baik. Salah satu upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan penyampaian materi menggunakan metode yang lebih variatif dan dapat menarik perhatian serta mengaktifkan siswa. Salah satu metode yang tepat digunakan dalam pembelajaran IPS adalah metode sosiodrama.
Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antro-pologi budaya, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan ins-truksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari (Sofa, 2010). Selanjutnya, Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosio-logi, antropologi, dan psikologi sosial (Sofa, 2010).
Siswa kelas IV berada pada kisar-an usia 9-10 tahun. Monks dan Haditono mengemukakan bahwa perkembangan kog-nitif pada anak usia 7-11 tahun berada pada stadium operasional konkrit. Cara berpikir anak yang operasional konkrit kurang egosentris. Ditandai oleh desentrasi yang besar, artinya anak pada usia ini sudah mampu untuk memperhatikan lebih dari satu dimensi sekaligus dan juga untuk menghubungkan dimensi-dimensi ini satu sama lain. Anak pada usia ini juga sudah mampu untuk mengerti operasi logis. Namun, anak dapat melakukan aktivitas logis tertentu hanya dalam situasi yang konkrit (2006). Bila anak dihadapkan dengan suatu masalah secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka ia belum mampu untuk menyelesaikan ma-salah tersebut dengan baik. Selain me-ngalami perkembangan kognitif, anak juga mengalami perkembangan sosial, moral, dan kepribadian. Piaget mengungkapkan adanya permulaan kerja sama serta konformisme sosial yang bertambah pada usia antara 7 sampai 10 tahun dan se-hubungan dengan itu adanya suatu per-hatian yang lebih besar pada interaksi yang mengandung peraturan-peraturan (Monks dan Haditono, 2006: 184).
Secara umum dalam perkem-bangan kognitifnya, siswa kelas IV berada dalam fase operasional konkrit, dimana siswa dapat berpikir logis dan memecah-kan masalah yang dihadapi jika dalam situasi yang nyata. Sementara dalam per-kembangan moral, sosial, dan kepribadian, siswa kelas IV berada pada fase dimana mereka sudah mulai melakukan lebih ba-nyak kontak sosial dengan orang lain. Sis-wa sudah mulai menaati peraturan yang berlaku, walaupun masih dengan tujuan agar mendapat hadiah serta menghindari hukuman yang mungkin didapat jika melanggar peraturan.
Syaiful Djamarah dan Zain mengemukakan bahwa sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah so-sial (2010). Dengan demikian terlihat bahwa dalam sosiodrama terdapat proses mendramatisasi tingkah laku sosial. Se-lanjutnya disebutkan bahwa tujuan dari penggunaan metode sosiodrama yaitu: agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain, agar siswa dapat be-lajar bagaimana membagi tanggung jawab, agar siswa dapat belajar bagaimana me-ngambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan, serta merangsang kelas un-tuk berpikir dan memecahkan masalah.
Aunurrahman menyatakan bahwa sosiodrama dirancang khususnya untuk membantu siswa mempelajari nilai-nilai sosial dan moral dan pencerminannya da-lam perilaku. Model ini digunakan pula untuk membantu siswa mengumpulkan dan mengorganisasikan isu-isu moral dan so-sial, mengembangkan empati terhadap orang lain, dan berupaya memperbaiki keterampilan sosial (2009). Uno me-ngemukakan bahwa bermain peran dibuat berdasarkan asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik ke-dalam suatu situasi permasalahan kehidup-an nyata, bermain peran dapat mendorong siswa mengekspresikan perasaanya dan bahkan melepaskannya, serta proses psi-kologis melibatkan sikap, nilai dan keyakinan kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis (2011).
Dengan digunakannya metode sosiodrama, kualitas pembelajaran akan meningkat, siswa menjadi aktif dalam ke-giatan belajar mengajar, siswa dapat mem-peroleh pengetahuan dengan melakukan praktik secara langsung, tidak hanya de-ngan mendengarkan ceramah guru, men-catat, dan merangkum materi. Dengan digunakannya metode sosiodrama, siswa akan mampu menghayati peran yang di-mainkannya, selain itu siswa juga mampu bertanggung jawab terhadap tugasnya da-lam kelompok. Dengan adanya peng-hayatan terhadap materi, pemahaman anak terhadap materi akan semakin meningkat.
Berdasarkan latar belakang dan kajian teori di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode sosiodrama dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPS serta untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam peng-gunaan metode sosiodrama dalam pem-belajaran IPS.
# # # # # # #
Untuk membaca lebih lanjut mengenai jurnal ini silahkan klik link dibawah ini:
Download Link:
Jurnal - Metode Sosiodrama Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar
Sekian artikel dari Jurnal Pendidikan Inside mengenai Jurnal - Metode Sosiodrama Dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar, yang dapat kalian jadikan acuan untuk membuat Jurnal.
Lihat juga:
Download Contoh Jurnal IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
Download Contoh Jurnal Tentang Metode Pembelajaran