-->

Jurnal - Penggunaan Model Word Square Dalam Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris

Ditulis oleh: Jurnal Pendidikan Inside
Berikut ulasan mengenai contoh jurnal pendidikan, penelitian maupun ilmiah tentang Jurnal - Penggunaan Model Word Square Dalam Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris, yang dapat kalian download dalam bentuk word (doc) maupun pdf dan dapat kalian jadikan acuan untuk membuat jurnal. Silahkan disimak!

Abstract. The Using of Word Square Model for Increasing English Vocabulary in the Fourth Grade Students State Elementary School. The purpose of this research to increase English vocabulary for the fourth grade students using Word Square model. This research is a class action research in three cycle. The subjects were elementary school students in fourth grade state Mangunranan with total 24 students. Data collection techniques using observation, interviews, tests, analysis of students work, and questionnaires. Data analysis using qualitative analysis data technique. The validation of data is using triangulation technique. The conclusions show the Word Square model can increase English vocabulary for the fourth grade students state elementary school.
Keywords: Word Square, Vocabulary, English

Abstrak. Penggunaan Model Word Square dalam Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Kelas IV SD. Tujuan penelitian meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas IV menggunakan model Word Square. Penelitian ini penelitian tindakan kelas dalam tiga siklus. Subjek penelitian siswa kelas IV SDN Mangunranan semester 2 sejumlah 24 siswa. Teknik pengumpulan datanya observasi, wawancara, analisis kerja murid, tes, dan angket. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif. Validitas data menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukan penggunaan model Word Square dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas IV SD.
Kata Kunci: Word Square, Kosakata, Bahasa Inggris


Pendahuluan

Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mendidik generasi penerus bangsa agar memiliki pengetahuan yang tinggi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memiliki kemampuan yang dapat membekali hidupnya di masyarakat. Mengingat pentingnya pendidikan tersebut, maka kegiatan pembelajaran di dalam kelas harus ditingkatkan agar mutu pendidikan di sekolah semakin meningkat. Kualitas pembelajaran sangat menentukan keberhasilan siswa. Kualitas pembelajaran bergantung pada cara guru menyajikan materi, memberikan peneguhan, dan mengaktifkan siswa supaya berpartisipasi dan merasa terlibat dalam proses belajar. Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran salah satunya ditentukan oleh kemampuan guru dalam memahami serta menerapkan model pembelajaran di kelas.

Pengajaran kosakata memegang peranan sangat penting dalam pembelajaran bahasa Inggris. Pengajaran kosakata diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan berbahasa yang meliputi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris dengan baik. Kemampuan memahami kosakata terlihat dalam kegiatan membaca dan menyimak, sedangkan kemampuan mempergunakan kosakata tampak dalam kegiatan menulis dan berbicara. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan, pengajaran kosakata diajarkan sacara implisit artinya pengajaran kosakata diajarkan bersama dengan wawancara yang muncul pada saat pembelajaran pada saat itu, atau tidak secara mandiri.

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era yang smakin mengglobal ini, tak dapat dipungkiri bahwa kemampuan dalam berbahasa asing, terutama bahasa Inggris sangat penting. Namun demikian tidak sedikit siswa yang prestasi belajar bahasa Inggrisnya belum memadai. Rendahnya penguasaan kosakata siswa dalam bahasa Inggris secara umum dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain (1) minimnya pengetahuan siswa; (2) rendahnya kemauan siswa terhadap bacaan terutama bacaan dalam bahasa Inggris; (3) kurangnya media dalam pengajaran kosakata; (4) rendahnya kualitas tugas-tugas siswa; dan (5) kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan guru. Di SDN Mangunranan, kemampuan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswanya masih rendah.

Hal ini dapat dilihat dari nilai hasil ulangan harian siswa pada semester I tahun ajaran 2012/2013 yang masih rendah serta tes lisan oleh guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Dari 24 siswa hanya 9 siswa atau 37,5% saja yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan KKM yaitu 65, sisanya 62,5% masih belum tuntas.

Bagi siswa kelas IV, bahasa Inggris merupakan mata pelajaran yang tergolong baru karena baru diajarkan mulai kelas IV, sehingga siswa membutuhkan penyesuaian untuk mempelajarinya. Minimnya penggunaan media dalam pengajaran kosakata juga menjadi faktor penyebab rendahnya penguasaan kosakata siswa. Selama ini media yang digunakan hanya berupa gambar-gambar yang bertuliskan bahasa Inggris di bawahnya sebatas yang ada dalam LKS. Ditinjau dari aspek guru, idealnya mata pelajaran bahasa Inggris diampu oleh guru yang menguasai disiplin ilmu bahasa Inggris, namun kenyataannya di SDN Mangunranan diampu oleh guru yang basicnya bukan dari bahasa Inggris.

Untuk mengatasi hal tersebut perlu penggunaan model pembelajaran yang menarik, menyenangkan, komunikatif, dan sesuai dengan makna ajar, sehingga pengajaran kosakata dengan menggunakan model pembelajaran ini, terbuka peluang bagi siswa untuk berinteraksi, berlatih menganalisis, dan menyimpulkan penggunaan dari kosakata yang dipelajari. Model Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokkan jawaban pada kotak-kotak jawaban; mirip seperti mengisi teka-teki silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf atau angka penyamar.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Model Word Square dalam Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Siswa Kelas IV SDN Mangunranan Tahun Ajaran 2012/ 2013”. Anak kelas IV SD berusia antara 9-11 tahun. Pada usia ini anak berada pada fase operasional konkret. Anak aktif bergerak dan mempunyai perhatian yang besar pada lingkungan. Stadium operasional konkret dapat digambarkan sebagai menjadinya positif ciri-ciri yang negatif pada stadium berfikir praoperasional (Monks, Knoers, dan Haditono, 2006).

Uno dan Mohamad (2012) menjelaskan bahwa pada tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun) peserta didik sudah mulai memahami aspek-aspek kumulatif materi, misalnya volume dan jumlah, serta mempunyai kemampuan memahami cara mengombinasikan beberapa golongan benda yang bervariasi tingkatannya. Selain itu, peserta didik sudah mampu berpikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwaperistiwa yang konkret. Pada tingkatan operasional konkret, anak sudah mampu berpikir secara logis serta mampu memecahkan masalah-masalah konkret. Implikasinya, hal-hal yang bersifat abstrak perlu dikonkretkan menggunakan alat peraga atau simbol-simbol konkret yang berada di sekitar anak. Di samping itu anak juga sudah tidak egosentris lagi. Ia sudah mampu bekerja secara berkelompok dan mematuhi aturan-aturan kelompok yang telah disepakati bersama.

Bahasa Inggris merupakan bahasa resmi dari negara-negara persemakmuran dan dipahami serta dipergunakan secara meluas. Bahasa Inggris dipergunakan di lebih banyak negara di  dunia dibanding bahasa yang lain serta dibanding bahasa yang lain kecuali bahasa Cina, bahasa ini juga lebih banyak dipergunakan orang. Dewasa ini bahasa Inggris sudah diterima sebagai bahasa internasional. Karena itu bahasa Inggris dianggap sebagai sarana komunikasi terpenting masyarakat Indonesia untuk merespon tuntutan kemajuan zaman. Bahasa Inggris adalah alat untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan karena menggunakan bahasa tersebut merupakan suatu keharusan pada era globalisasi. Ruang lingkup pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar dapat dibedakan berdasarkan aspek membaca
(reading), mendengarkan (listening), berbicara (speaking), dan menulis (writing).

Menurut Unila (2009) reading (membaca) adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan walaupun dalam kegiatan itu terjadi pengenalan huruf-huruf. Listening (mendengarkan) menurut Suprawoto (2009) adalah proses menangkap, memahami, dan mengingat sebaik-baiknya apa yang didengarnya atau sesuatu yang dikatakan orang lain kepadanya. Speaking (berbicara) menurut Caray (2009) adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.

Writing (menulis) menurut Sutrisna (2011) adalah kegiatan menyalin ilmu pengetahuan yang mereka dengar atau baca dalam proses belajar mengajar. Aspek aspek tersebut dianalisis untuk diajarkan menggunakan tema-tema sederhana yang memiliki tindak tutur yang berterima seukuran siswa kelas IV SD sebagai individu pemula mengenal bahasa Inggris. Kosakata, perbendaharaan kata, atau kata saja, juga: leksikon, adalah kekayaan kata yang dimiliki oleh (terdapat dalam) suatu bahasa (Nurgiyantoro, 2001).

Menurut Jo (2011) kosakata yaitu himpunan kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain, atau merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu. Jadi, kosakata adalah himpunan kata-kata yang dimengerti seseorang yang digunakan untuk menyusun kalimat dalam berkomunikasi dengan orang lain. Kosakata merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Untuk dapat melakukan kegiatan komunikasi dengan baik, diperlukan penguasaan kosakata dalam jumlah yang memadai. Penambahan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan bagian penting, baik dari proses pembelajaran suatu bahasa ataupun pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu bahasa yang sudah dikuasai.

Murid sekolah sering diajarkan kata-kata baru sebagai bagian dari mata pelajaran tertentu dan banyak pula orang dewasa yang menganggap pembentukan kosakata sebagai suatu kegiatan yang menarik dan edukatif. Kosakata dari suatu bahasa itu selalu mengalami perubahan dan berkembang karena kehidupan yang semakin kompleks.

Mills berpendapat bahwa model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem (Suprijono, 2009: 45). Model pembelajaran menurut Joice dan Weil adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya (Isjoni, 2009: 73).

Menurut Widodo (2009) model Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban; mirip seperti mengisi teka-teki silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf atau angka penyamar (pengecoh). Uno dan Mohamad (2012: 92) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran Word Square sebagai berikut: a) sampaikan materi sesuai kompetensi; b) bagikan lembar jawaban sesuai contoh; c) siswa disuruh menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban; d) berikan poin setiap jawaban da-lam kotak. LKS Word Square merupakan salah satu alat bantu atau media pembelajaran berupa kotak-kotak kata yang berisi kumpulan huruf. Pada kumpulan huruf tersebut terkandung konsep-konsep yang harus ditemukan oleh siswa sesuai dengan pertanyaan yang berorientasi pada tujuan pembelajaran.

Langkah-langkah atau cara membuat LKS Word Square yaitu: menentukan topik sesuai konsep atau subkonsep; menuliskan kata-kata kunci sesuai dengan tujuan yang akan dicapai; menuliskan kembali kata-kata kunci dimulai dengan kata-kata terpanjang; membuat kotak-kotak Word Square; mengisikan kata-kata kunci pada kotak Word Square; menambahkan huruf dan pengisian ke kotak kosong secara acak.

Beberapa kelebihan dari model pembelajaran Word Square yaitu: (1) baik untuk menguji hasil belajar yang berhubungan dengan pengetahuan tentang istilah dan definisi; (2) kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran; (3) dapat melatih sikap teliti dan kritis; (4) merangsang siswa untuk berpikir efektif; (5) mampu sebagai pendorong dan penguat siswa terhadap materi yang disampaikan; (6) melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari jawaban dalam lembar kerja, tentu saja yang ditekankan di sini adalah dalam berpikir efektif, jawaban mana yang paling tepat; dan (7) mudah diskor.

Sedangkan beberapa kekurangan atau kelemahan dari model pembelajaran Word Square yaitu: (1) mematikan kreativitas siswa; (2) siswa tinggal menerima bahan mentah; (3) siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau potensi yang dimilikinya; (4) terlalu mengandalkan pada pengujian aspek ingatan; (5) lebih banyak berpusat pada guru karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru dan jawaban dari lembar kerja pun tidak bersifat analisis sehingga siswa tidak dapat menggali lebih dalam materi yang ada dengan model pembelajaran word square ini.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya yaitu: (1) apakah penggunaan model Word Square dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas IV SDN Mangunranan tahun ajaran 2012/2013?; (2) apakah kendala dan solusi penggunaan model Word Square dalam peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas IV SDN Mangunranan tahun ajaran 2012/2013?.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa  kelas IV SD menggunakan mo-del Word Square; (2) mendeskripsikan kendala dan solusi penggunaan model Word Square dalam peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa kelas IV SD.

# # # # # # #

Untuk membaca lebih lanjut mengenai jurnal ini silahkan klik link dibawah ini:
Download Link:

Download Jurnal - Penggunaan Model Word Square Dalam Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris

Sekian artikel mengenai Jurnal - Penggunaan Model Word Square Dalam Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris, yang dapat kalian jadikan acuan untuk membuat jurnal.
Lihat juga:
Download Contoh Jurnal Bahasa Inggris
Download Contoh Jurnal Tentang Model Pembelajaran