-->

Jurnal - Penggunaan Metode Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS

Ditulis oleh: Jurnal Pendidikan Inside
Berikut ulasan mengenai contoh jurnal pendidikan, penelitian maupun ilmiah tentang Jurnal - Penggunaan Metode Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS, yang dapat kalian download dalam bentuk word (doc) maupun pdf dan dapat kalian jadikan acuan untuk membuat jurnal. Silahkan disimak!

Abstract: The using of Make a Match method for Improving Social studies result 2nd grade student at Elementary School. This study aims to: improve learning result on Social studies of 2nd grade students Elementary School. The research was conducted in three cycles. The subjects were all students of 2nd grade Elementary School Klegenrejo with total 23 students. Data sources in this research is students, peers, researcher and document. Data collection techniques used observation, questionnaires, documentation and testing. The validity of data used triangulation techniques and the sources. The qualitative and quantitative analysis were used to analyst the data. The results showed that the use of the Make a Match method can improve learning result on Social studies.Keywords: Make a Match, Learning Result, Social studies.

Abstrak: Penggunaan Metode Make a Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas II SD. Penelitian ini bertujuan: meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas II SD. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SD Negeri Klegenrejo yang berjumlah 23 siswa. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, teman sejawat, peneliti dan dokumen. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi dan tes. Validitas data menggunakan teknik triangulasi metode dan sumber. Analisis data yang digunakan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan metode Make a Match, dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa di kelas II.
Kata Kunci: Make a Match, Hasil Belajar, IPS.


PENDAHULUAN

Pada era globalisasi dewasa ini, perkembangan dan kemajuan serta perubahan di bidang pengetahuan dan teknologi terasa sangat cepat. Perubahan dan perkembangan ini dipacu oleh derasnya arus informasi yang sangat kompleks. Hal ini secara langsung ataupun tidak langsung berdampak bagi manusia Indonesia. Untuk mengantisipasi dampak positif maupun dampak negatif dari kemajuan pengetahuan dan teknologi, maka perlu ditingkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia yang terampil, handal dan bermoral tinggi. Sumber daya manusia tersebut dapat ditingkatkan melalui bidang pendidikan. Dalam usaha meningkatkan pendidikan, bukan hanya segi kuantitas saja yang perlu diperhatikan, melainkan juga segi kualitasnya. Keberhasilan pendidikan di antaranya dipengaruhi oleh proses pembelajarannya. Jika proses pembelajaran dapat diterima dan terserap oleh siswa maka menunjang keberhasilan pendidikan.

Di dalam proses pembelajaran terdapat komponen-komponen yang saling terkait dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: guru, siswa, materi, tujuan, metode, dan media. Guru merupakan salah satu komponen yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran karena hanya guru yang mampu menguasai dan mengetahui keadaan siswa dan kelasnya. Siswa dalam kegiatan pembelajaran aktif berperan sebagai subjek bukan sebagai objek, sehingga mereka akan ikut aktif dalam kegiatan belajar bukan hanya duduk diam dan memperhatikan guru yang sedang mengajar. Hal ini membuat kurangnya aktivitas siswa untuk ikut aktif dalam kegiatan belajar. Kurangnya aktivitas siswa dapat disebabkan oleh cara guru menyampaikan materi pembelajaran mungkin secara monoton, media yang kurang menarik atau metode sama yang digunakan oleh guru dalam mengajar siswa, sehingga anak cepat merasa bosan. Salah satu tugas guru dalam pembelajaran aktif adalah menciptakan
kondisi belajar yang memungkinkan siswa berkembang secara optimal. Salah satunya adalah dengan cara mengubah metode pembelajaran di dalam kegiatan belajar.

Berbagai macam metode yang digunakan guru dalam kegiatan belajar. Salah satunya yaitu metode ceramah, hampir semua materi yang disampaikan guru kepada siswa menggunakan metode ceramah, akan tetapi jika kegiatan belajar menggunakan metode ceramah terus, siswa akan merasa bosan karena siswa hanya duduk saja dan mendengarkan penjelasan dari guru. Hal ini khususnya pada mata pelajaran IPS. Sapriya mengemukakan bahwa istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan (2011). Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik. Dengan mempelajari IPS siswa dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau, sehingga siswa diharapkan mempunyai bekal yang dapat digunakan untuk menghadapi segala tantangan dalam kehidupannya di masa yang akan datang.

Sebagian besar siswa beranggapan IPS merupakan pelajaran yang termasuk mudah karena IPS mempelajari tentang apa yang terjadi di lingkungan sekitar siswa. Namun hal ini sangat bertolakbelakang dengan apa yang terjadi di lapangan, banyak siswa menganggap IPS sangat membosankan karena siswa harus menghafal setumpuk materi yang tidak bisa dikatakan sedikit, akibatnya mereka malas dan enggan untuk mempelajari IPS. Pembelajaran dapat dikatakan tuntas jika siswa mampu menguasai 75% dari materi pelajaran dan dapat melanjutkan ke materi berikutnya. Di SD Negeri Klegenrejo masih banyak siswa yang beranggapan IPS merupakan materi yang sulit dan membosankan, sehingga ketika ulangan hasil yang dicapai kurang memuaskan atau masih banyak yang nilainya dibawah KKM. Hal ini disebabkan karena minat baca mereka masih kurang dan ketika guru sedang menjelaskan banyak anak yang bercanda sendiri dengan teman sebangkunya. Hal ini terbukti pada hasil ujian semesteran, siswa kelas II yang berjumlah 25 anak yang tuntas hanya 64% atau 16 anak. Sedangkan siswa yang nilainya dibawah KKM atau belum tuntas yaitu 36% atau 9 anak. Survei dan pengamatan sekilas yang peneliti lakukan ketika mengajar IPS siswa kelas II banyak yang berbicara dengan temannya atau menggoda teman yang lain agar perhatiannya tertuju pada dirinya, selain itu ketika peneliti bertanya pada siswa yang mengalami kesulitan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial hampir mendapatkan jawaban yang sama yaitu malas membaca, hafalan materi yang membosankan, tidak menarik dan berbagai alasan lain yang bermuara pada rendahnya minat baca siswa terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Untuk mengatasi masalah di atas, peneliti tertarik menggunakan salah satu metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yaitu dengan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Terdapat banyak model pembelajaran kooperatif di antaranya yaitu, STAD (Student Teams Achievement Devisions), GI (Group Investigations), Jigsaw, NHT (Number Head Together), Make a Match (mencari pasangan), dan TGT (Team Games Tournament). Model kooperatif (cooperative learning) adalah bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam siswa dengan struktur kelompok yang heterogen. Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Dengan hal baru yang berbeda, diharapkan aktivitas siswa akan lebih besar dan pembelajaran aktif akan berjalan.

Dari berbagai macam model pembelajaran kooperatif di atas, peneliti tertarik menggunakan metode Make a Match untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Alasan menggunakan metode Make a Match yaitu merupakan metode pembelajaran yang menyenangkan dan dapat diterapkan pada semua mata pelajaran pada setiap tingkatan kelas. Metode pembelajaran ini dilaksanakan dengan cara bermain mencari pasangan, sehingga dengan cara bermain siswa tidak akan merasa bosan, jenuh, dan malas untuk belajar. Berkaitan dengan hal tersebut, maka diharapkan memudahkan siswa untuk memahami dan menerima materi yang disampaikan dan hasil yang diperoleh siswa juga meningkat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Metode Make a Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas II SD Negeri Klegenrejo Tahun Ajaran 2012/ 2013”.

Siswa kelas II sekolah dasar yang berusia sekitar 7-8 tahun masih berada dalam tahapan perkembangan kognitif operasional konkret (concrete operational) atau fase kanak-kanak tengah dan akhir, sehingga anak membutuhkan suasana pembelajaran yang nyata. Prinsip yang relevan dalam penciptaan lingkungan belajar bagi anak adalah pengembangan pengajaran yang menyediakan anak untuk bereksplorasi, berpikir, dan memperoleh kesempatan untuk berdiskusi, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain (guru, teman-temannya atau pihak lain). Kemampuan guru di dalam memanipulasi objek fisik menjadi objek berpikir anak, akan selalu dituntut dalam pengembangan pengajarannya. Metode Make a Match dapat menjembatani konsep abstrak menjadi nyata dalam pembelajaran siswa.

Selain itu, metode Make a Match merupakan metode pembelajaran yang menyenangkan karena di dalamnya ada unsur permainan, sehingga mungkin cocok untuk diterapkan pada siswa kelas II dalam pembelajaran IPS. Rusman (2011: 223) menyebutkan bahwa teknik Make a Match (mencari pasangan) adalah salah satu dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curra. Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Penerapan metode ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal sebelum batas waktunya, siswa yang mendapatkan kartunya diberi poin.

Rusman (2011: 223) menyebutkan langkah-langkah teknik Make a Match sebagai berikut: (a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban), (b) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang, (c) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal atau kartu jawaban), (d) Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin, (e) Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya, dan (f) kesimpulan.

Menurut Suprijono (2011: 94) langkahlangkah metode Make a Match yaitu: (a) Guru membagi komunitas kelas menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan, kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu berisi jawaban-jawaban, dan kelompok ketiga adalah kelompok penilai, (b) Aturlah posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk huruf U. Upayakan kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan, (c) Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok, (d) Beri kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi, hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara anggota kelompok pembawa kartu pertanyaaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban, (e) Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok penilai kemudian membaca apakah pasangan pertanyaan-jawaban itu cocok, dan (f) Setelah penilaian dilakukan, aturlah sedemikian rupa kelompok pertama dan kelompok kedua bersatu kemudian memposisikan dirinya menjadi kelompok penilai.

Beberapa kelebihan dari metode Make a Match yaitu: (1) mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan; (2) materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa; (3) cocok untuk tugas yang sederhana; dan (4) dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Sedangkan beberapa kekurangan atau kelemahan dari metode Make a Match yaitu: (1) memungkinkan adanya keributan didalam kelas; (2) sedikit ide yang muncul; (3) jika ada perselisihan tidak ada penengah, (4) diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan; (5) waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses pembelajaran, dan guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.

Perlu diketahui, tidak semua peserta didik baik yang berperan sebagai pemegang kartu pertanyaan, pemegang kartu jawaban, maupun menilai mengetahui dan memahami secara pasti apakah betul kartu pertanyaanjawaban yang mereka pasangkan sudah cocok. Demikian halnya juga peserta didik kelompok penilai. Mereka juga belum mengetahui pasti apakah penilaian mereka benar atas pasangan pertanyaan-jawaban. Berdasarakn kondisi inilah guru memfasilitasi diskusi untuk memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik mengonfirmasikan hal-hal yang mereka telah lakukan yaitu memasangkan pertanyaan jawaban dan melaksanakan penilaian. IPS yang kurang menarik perhatian siswa serta penyampain materi yang terlalu membebani siswa sehingga menghasilkan produk atau hasil belajar yang masih jauh dari harapan, kiranya penggunaan metode Make a Match diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan kualitas pembelajaran IPS.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan metode Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas II SDN Klegenrejo tahun ajaran 2012/2013?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas II SDN Klegenrejo tahun ajaran 2012/2013 dengan metode Make a Match.

# # # # # # #

Untuk membaca lebih lanjut mengenai jurnal ini silahkan klik link dibawah ini:
Download Link:

Download Jurnal - Penggunaan Metode Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS

Sekian artikel mengenai Jurnal - Penggunaan Metode Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS, yang dapat kalian jadikan acuan untuk membuat jurnal.
Lihat juga:
Download Contoh Jurnal IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)
Download Contoh Jurnal Tentang Metode Pembelajaran